Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Soroti Produsen EV Pakai Baterai LFP, Bagaimana Nasib Hilirisasi Nikel?

Ekonom menyoroti produsen EV yang pakai baterai LFP saat pemerintah gemborkan hilirisasi nikel
Ekonom Soroti Produsen EV Pakai Baterai LFP, Gimana Nasib Hilirisasi Nikel?. Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ekonom Soroti Produsen EV Pakai Baterai LFP, Gimana Nasib Hilirisasi Nikel?. Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyoroti sejumlah produsen kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia yang masih menggunakan baterai lithium ferro phosphate (LFP), saat pemerintah kerap menggaungkan hilirisasi nikel.

Menurutnya, pemerintah telah berupaya mendorong agar Indonesia menjadi pusat rantai pasok industri baterai mobil listrik. Hal itu ditandai dengan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel agar investasi di industru smelter nikel bisa masuk ke Indonesia.

Namun sayangnya, sebagian besar pemain mobil listrik di Indonesia masih menggunakan baterai jenis LFP. Sebab, bahan baku baterai nikel (Nickel Manganese Cobalt/NMC) relatif lebih mahal.

“Tetapi kan yang terjadi saat ini mungkin beberapa pelaku industri EV yang ada justru pakai LFP gitu ya. Ini mungkin yang harus menjadi catatan juga, sedangkan yang NMC justru malah perkembangannya harga mobilnya cenderung lebih mahal,” ujar Josua saat ditemui di IIMS 2025 dikutip Kamis (20/2/2025).

Salah satu faktor yang menyebabkan baterai nikel lebih mahal dibandingkan LFP, karena bahan baku NMC menggunakan nikel dan kobalt, yang lebih langka dan mahal dibanding besi dan fosfat pada LFP.

Biasanya, baterai NMC lebih banyak dipakai di mobil listrik kelas premium karena bobotnya lebih ringan dan daya tahannya lebih baik dibandingkan LFP.

Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah perlu melanjutkan komitmen hilirisasi nikel, agar para produsen EV bisa memanfaatkan kandungan nikel di dalam negeri.

“Jadi, makanya ini bagaimana hilirisasi nikel yang ada di Indonesia saat ini ini harus dilanjutkan, tidak cukup dengan kondisi saat ini. Sehingga pelaku-pelaku industri baterai yang berbasis NMC bisa memanfaatkan," katanya.

Josua pun berharap, ke depannya pemerintah bisa merealisasikan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai rantai pasok untuk baterai dalam industri mobil listrik global.

Berdasarkan catatan Bisnis, sejumlah agen pemegang merek (APM) masih belum menggunakan baterai nikel, melainkan baterai jenis lithium ferro phosphate (LFP), di antaranya yakni BYD, Wuling, hingga Chery.

Sejumlah mobil listrik China lainnya yang memakai baterai LFP di antaranya Morris Garage (MG), Neta, hingga Aion.

Perlu Ada Regulasi

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho menyebut bahwa mayoritas kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia menggunakan baterai berbasis besi atau lithium ferro phosphate (LFP).

Menurut Toto, realitas tersebut menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, Indonesia tengah mengembangkan industri baterai EV berbasis nickel mangan cobalt (NMC).

"Peningkatan mobil di Indonesia listrik sangat signifikan, hampir 40.000 terjual di tahun 2024. Namun, memang hampir 90%-nya yang berbasis LFP," ucap Toto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Senin (17/2/2025). 

Oleh karena itu, Toto mengingatkan pemerintah untuk memberikan dukungan agar penggunaan EV berbasis baterai nikel meningkat di Tanah Air. Dia ingin pemerintah bisa memprioritaskan penggunaan EV hanya untuk yang berbasis NMC.

Menurutnya, hal ini menjadi keniscayaan guna mendukung industri baterai EV berbasis NMC di Indonesia. Apalagi, RI merupakan negara dengan sumber daya nikel terbesar di dunia.

"Bagaimana secara regulasi kita bisa memberikan prioritas untuk baterai-baterai yang sifatnya dari nikel yang di Indonesia memiliki resource-nya langsung," ungkap Toto.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper