Bisnis.com, JAKARTA - Tren penjualan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) secara global diramal kian moncer pada 2025, seiring dengan potensi kenaikan pangsa pasar di berbagai negara.
Mengutip riset S&P Global Mobility pada Selasa (31/12/2024), diproyeksikan penjualan global untuk mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) akan naik 30% menembus angka 15,1 juta unit pada 2025.
Sebagai gambaran, sepanjang 2024, diperkirakan ada 11,6 juta mobil listrik BEV secara global. Alhasil, pangsa pasar BEV juga diprediksi naik menjadi 16,7% tahun depan, dibandingkan 2024 sebesar 13,2%.
Adapun, China diprediksi tetap menjadi yang terdepan dalam adopsi kendaraan listrik, dengan proyeksi akan menguasai pangsa pasar 29,7% pada 2025. Prediksi peningkatan EV di China sebesar 20% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Para analis memperkirakan kendaraan listrik di China akan mengalahkan penjualan kendaraan konvensional (internal combustion engine/ICE) untuk pertama kalinya pada tahun depan, melampaui target pemerintah.
Meskipun proyeksi penjualan BEV di China masih kuat, pasar otomotif Negeri Tirai Bambu itu juga tak luput dari berbagai tantangan seperti kelebihan pasokan (oversupply), persaingan ketat, dan perang harga yang dapat memaksa banyak merek otomotif domestik berskala kecil keluar dari pasar.
Baca Juga
Di Eropa, penjualan kendaraan listrik diproyeksikan naik sebesar 43%, mengamankan pangsa pasar sebesar 20,4% pada 2025. Kendati demikian, Jerman menghadapi permintaan yang lesu karena pemotongan subsidi sehingga negara-negara lain di Eropa Barat dan Eropa Tengah diharapkan dapat mengimbangi penurunan ini.
Produsen mobil, khususnya di Jerman menghadapi tantangan yang signifikan, termasuk rencana penutupan pabrik dan potensi pemutusan hubungan kerja. Namun, pertumbuhan berkelanjutan di pasar Eropa yang lebih luas menunjukkan ketahanan dalam menghadapi tantangan tersebut.
Di Amerika Serikat (AS), penjualan kendaraan listrik diprediksi naik 36%, menguasai pangsa pasar sebesar 11,2%. Namun, para analis menekankan bahwa pertumbuhan akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, termasuk potensi perubahan pada keringanan pajak dan tarif kendaraan listrik di bawah pemerintahan Presiden AS terpilih, Donald Trump.
Sementara itu, di India diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 117% yoy, dengan pangsa pasar kendaraan listrik sebesar 7,5% pada 2025. Lonjakan ini menyoroti upaya berkelanjutan negara tersebut untuk meningkatkan infrastruktur dan kebijakan insentif.
Kendati demikian, S&P Global juga menggarisbawahi laju tren elektrifikasi otomotif juga akan menghadapi tantangan seperti infrastruktur pengisian daya, rantai pasokan baterai, tren sumber daya global, hambatan perdagangan tarif, inovasi teknologi, dan dukungan dari pemerintah tiap negara.