Bisnis.com, JAKARTA - Volkswagen AG dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menutup pabrik di Jerman, usai 87 tahun beroperasi sejak 1937, karena krisis otomotif yang melanda negara tersebut.
Sementara itu, di Indonesia, nasib penjualan Volkswagen pun kian tergerus dan bisa dihitung jari. Gaikindo mencatat, penjualan Volkswagen secara ritel hanya sebanyak 4 unit pada Juli 2024, atau turun dari 9 unit pada Juni.
Secara keseluruhan, sepanjang Januari hingga Juli 2024, penjualan Volkswagen secara ritel atau dari diler ke konsumen hanya sebanyak 65 unit. Sementara itu, penjualan secara wholesales juga hanya 52 unit.
Penjualan Grup Volkswagen lainnya seperti Audi juga tak kalah lesu sepanjang 7 bulan pertama 2024 dengan hanya mencatatkan 15 unit secara ritel, dan 16 unit secara wholesales.
Sebagai informasi, Volkswagen Group, menaungi banyak merek termasuk Audi, Lamborghini, Bentley, Bugatti. Selain mobil mewah, VW juga memiliki sejumlah merek kendaraan komersial seperti Scania, FAW, hingga MAN Truck.
Sejauh ini divisi kendaraan komersial Volkswagen masih menopang penjualan di Indonesia, seperti Scania yang menjual 229 unit secara ritel, diikuti FAW sebanyak 508 unit periode Januari-Juli 2024.
Baca Juga
Namun, dibandingkan total penjualan ritel mobil di Indonesia sebanyak 508.050 unit pada 7 bulan 2024, maka pangsa pasar FAW dan Scania hanya 0,1%.
Sebagai tambahan informasi, keberadaan VW di Indonesia memiliki sejarah panjang. Dari berbagai literatur mencatat, VW mulai masuk ke pasar otomotif Indonesia sekitar tahun 1952, di bawah naungan PT Piola sebagai agen tunggal dan importir VW yang eksis hingga tahun 1971.
Kendati demikian, seiring dengan krisis otomotif dan maraknya pemain baru, terutama di segmen kendaraan listrik, maka penjualan Volkswagen kian tergerus.
Ancang-Ancang Tutup Pabrik
Diberitakan sebelumnya, krisis otomotif di Jerman menyebabkan Volkswagen AG tengah mempertimbangkan opsi untuk penutupan pabrik, setelah 87 tahun beroperasi sejak 1937.
CEO VW, Oliver Blume, mengatakan bahwa tantangan ekonomi semakin kompleks, ditambah dengan semakin banyaknya pemain baru yang masuk ke pasar Eropa menyebabkan daya saing Jerman semakin menurun, yang memperburuk situasi bagi industri otomotif.
"Kondisi ekonomi semakin sulit dan para pemain baru mulai merambah Eropa. Jerman sebagai lokasi bisnis semakin tertinggal dalam hal daya saing," ujar Oliver Blume mengutip Bloomberg pada Rabu (4/9/2024).
Langkah ini diprediksi akan memicu ketegangan dengan serikat pekerja yang memiliki pengaruh kuat di negara tersebut, terutama di tengah krisis industri otomotif Jerman dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.
Dalam upaya menjaga keberlanjutan bisnis, VW juga mempertimbangkan untuk mengakhiri perjanjian perlindungan ketenagakerjaan dengan serikat buruh yang sudah berlangsung sejak 1994.
Alhasil, VW kemungkinan akan melakukan PHK besar-besaran. Perlu diketahui, VW mempekerjakan sekitar 650.000 pekerja di seluruh dunia, hampir 300.000 di antaranya berada di Jerman.