Bisnis.com, TANGERANG — PT Toyota-Astra Motor (TAM) mengaku tidak terlalu mempermasalahkan apabila insentif mobil hybrid diberikan dengan syarat harus bisa konsumsi bahan bakar campuran nabati atau bioetanol dalam kadar tinggi.
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy mengatakan sejatinya insentif untuk hybrid tidak perlu menunggu lama meskipun harus bisa mengonsumsi bioetanol. Hal ini lantaran Toyota sudah memiliki teknologi tersebut.
Produk yang dimaksud adalah Kijang Innova Zenix HEV yang dapat diisi bioteanol dengan kadar lebih dari 85%. Mobil ini terlihat tampil pada pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2024 dengan tulisan Innova Zenix HEV – Flexy Fuel Bioethanol hasil kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dengan Toyota.
“Kalau pemerintah bilang oke [insentif] hybrid, tapi harus pakai flexy fuel ya kami sudah ada [Innova Zenix]. Tergantung nanti peraturannya seperti apa,” ujarnya di ICE BSD Tangerang, Selasa (23/7/2024).
Menurutnya, Toyota sudah siap untuk mendukung keinginan pemerintah akan kehadiran produk mobil hybrid yang mampu dipadukan dengan bioetanol.
Hanya saja, teknologi untuk mobil bioetanol harus selaras dengan ketersediaan bahan bakarnya. Sementara konsumen disebut tidak terlalu khawatir dengan konsumsi maupun harga dari bahan bakar bauran nabati dengan kadar 5% yang sudah beredar dari Pertamina.
Baca Juga
“Kami bekerja sama dengan Pertamina kira-kira bahan yang cocok dicampur e10 atau maksimum e20 supaya bisa visible dari harga dan availability. Mudah-mudahan ini menjadi upaya untuk mengurangi emisi,” jelasnya.
Selain itu, dia juga mengatakan insentif untuk mobil hybrid perlu diberikan untuk program-program yang mampu mengurangi emisi. Selain itu, insentif juga perlu diberikan untuk mobil yang bisa diproduksi lokal.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agus Tjahajana Wirakusumah mengatakan implementasi dari flexi engine dapat dipadukan dengan kendaraan listrik sehingga menjadi mobil hybrid yang menggunakan bahan bakar nabati seperti solar atau etanol.
Dia menilai bahan bakar fosil yang digantikan dengan nabati dan dipadukan teknologi hybrid membuat emisi dari suatu kendaraan hampir tidak ada. Di saat yang bersamaan hal ini juga tetap mendorong industri otomotif untuk beroperasi maksimal.
“Barangkali ini merupakan salah satu solusi baik dalam transisi kendaraan listrik karena konsumen ragu dan sering bertanya kapan ekosistem kendaraan listrik bisa tercipta,” ucapnya pada acara Gaikindo International Automotive Conference di ICE BSD Tangerang, Selasa (23/7/2024).