Bisnis.com, JAKARTA- Kalla Group melalui PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) tengah mempersiapkan pabrik nikel sulfat yang akan menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Adapun, pabrik tersebut masuk dalam pembangunan smelter fase 1 yang ditargetkan mulai beroperasi tahun ini.
Strategic Management Division Head Kalla Group, Muhammad Shobirin mengatakan pengembangan rantai pasok untuk bahan baku electric vehicle (EV) dilakukan melalui join venture Kalla dengan Eramet Bumi Sulawesi untuk pembuatan baterai EV mulai dari upstream sampai dengan downstream.
"Kami support di ekosistem EV baterai karena saat ini kendaraan listrik lagi hype, jadi kami terlibat di EV baterai ekosistem plus kami juga di hilir, kami menjadi dealer motor United," kata Shobirin di Jakarta, Selasa (11/6/2024).
Smelter nikel sulfat yang terletak di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu kini masih dalam proses pembangunan dengan progres fisik 40% yang ditargetkan rampung akhir tahun ini.
Pabrik tersebut merupakan pabrik kedua di area lokasi tersebut, setelah pabrik pertama yang memproduksi feronikel rampung. Sebelumnya, Kalla Group telah mulai menjajal bisnis EV di hilir dengan menjadi dealer motor listrik United di Makassar.
Marketing, Strategy & Digitalization Director Kalla Group, Zumadi SM Anwar mengatakan pihaknya mulai mengembangkan ekosistem kendaraan listrik mengingat tren EV yang mulai kencang di pasar domestik.
Baca Juga
"Pengembangan ke depannya itu motor listrik dengan United. Kami sampai saat ini belum melihat dengan brand lain, mungkin nanti tapi kita fokus disana dulu," jelasnya.
Sebelumnya, Jusuf Kalla yang merupakan ayah dari Presiden Direktur Kalla Group Sholihin Jusuf Kalla menyebutkan perusahaannya kini tengah berusaha merampungkan total empat pabrik di area lokasi tersebut yang akan dirampungkan secara bertahap.
"Pembangunan Pabrik 2 untuk nikel sulfat bahan baku pembuatan baterai mobil listrik progresnya hampir setengah jadi, diperkirakan mulai operasi secara normal pada akhir 2024," ungkap JK melalui keterangan resmi.
JK mengungkapkan jika Tenaga kerja yang bisa diserap pun diproyeksi mencapai ribuan pekerja, dengan rincian, satu pabrik akan menyerap sekitar 1.000 orang.
"Kami memastikan bahwa seluruh smelter akan lebih mengutamakan pekerja dalam negeri. Kemungkinan hanya akan menggunakan tenaga kerja dari China di bagian konsultan saja," tuturnya.
Sementara Site Manager PT BMS Zulkarnain mengatakan pabrik nikel sulfat ini ditarget bisa rampung pada November 2024 dengan menghasilkan jenis nickel sulphate battery grade. Dia mengklaim ini merupakan satu-satunya pabrik di Indonesia yang mampu mencetak nikel jenis tersebut.
Diproyeksi pabrik ini bisa menghasilkan sekitar 40.000 metrik ton nikel sulfat pertahun. Nilai investasinya ditaksir menyentuh Rp1,5 triliun. "Untuk bijih nikel sendiri kita dapatkan dari beberapa opsi yang berasal dari Sulawesi Tenggara, misal dari Kolaka dan Kolaka Utara," paparnya.