Bisnis.com, JAKARTA — Pabrikan otomotif jenama Jepang, yakni Suzuki memang terkenal dengan produk kendaraannya baik roda dua maupun roda empat. Namun, tidak banyak yang tahu kalau perusahaan ini berakar dari industri tekstil.
Kehadiran Suzuki berakar dari kota Hamamatsu, Jepang pada 1909 dengan memproduksi mesin tenun. Seiring berjalannya waktu, Suzuki kini menjadi salah satu pabrikan besar yang memproduksi mobil, sepeda motor, mesin tempel, dan peralatan industri lainnya.
General Manager Startegic Planning Department PT Suzuki Indomobil Sales Ei Mochizuki mengatakan kota Hamamatsu yang terletak 250 km dari Tokyo memang menjadi pusat lahan industri Jepang.
Kota kecil Negeri Sakura tersebut merupakan tempat dari Toyota, Honda, dan Yamaha untuk mengembangkan produk kendaraan.
“Soichiro Honda membangun perusahaannya di sana. Yamaha juga begitu membangun industri sepeda motor di Hamamatsu seperti Suzuki. Kebetulan kotanya sama ada sejarahnya yang origin ya dari industri tekstil,” katanya dalam kunjungan ke kantor Bisnis Indonesia, Selasa (28/5/2024).
Pada 1946 atau setelah perang dunia kedua, tidak sedikit pengusaha tekstil yang beralih ke industri mesin, dan mulai memproduksi sepeda motor.
Baca Juga
Strategic Planning Department General Manager Joshi Prasetya mengatakan ada kemiripan antara industri tekstil dengan otomotif, sehingga wajar apabila terjadi ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan.
Bahkan, mesin tenun Suzuki yang masih digunakan di Majalaya, Bandung. "Dipakai untuk membuat sarung di Majalaya itu," ujarnya.
Produksi kendaraan pertama Suzuki di Indonesia bermula dari sepeda motor A100, dan FR70 pada 1970. Motor ini selalu dijuluki sebagai “Motor Pak Pos” karena selalu menemani petugas pos dalam kesehariannya.
Suzuki melanjutkan ekspansi produknya dengan memproduksi mobil niaga Carry ST10, dan mobil penumpang Fronte pada 1975. Saat ini, mobil Suzuki yang sedang banyak diburu adalah merek Jimny.
Kini, Suzuki menguasai pangsa pasar otomotif sekitar 8,3% di Indonesia. Adapun komposisi pasar domestik mencapai 80.000 unit, sedangkan kendaraan yang diekspor mencapai 40.000 unit.