Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemilu 2024, Hilirisasi Nikel hingga Mobil Listrik Sisakan Nestapa di Jantung Tambang

Hilirisasi nikel dan proyek pengembangan mobil listrik tidak memberi dampak riil signifikan di wilayah tambang.
Pada Rabu (14/2024), Indonesia menggelar pemilihan umum serentak untuk pemilihan kursi presiden dan wakilnya, hingga legislatif/Bisnis
Pada Rabu (14/2024), Indonesia menggelar pemilihan umum serentak untuk pemilihan kursi presiden dan wakilnya, hingga legislatif/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA- Pada Rabu (14/2024), Indonesia menggelar pemilihan umum serentak untuk pemilihan kursi presiden dan wakilnya, hingga legislatif. Pemerintahan pun segera berganti pada tahun ini, tetapi banyak pekerjaan yang belum dibereskan, terutama terkait proyek besar hilirisasi nikel hingga pengembangan mobil listrik.

Dikutip dari Bloomberg, proyek hilirisasi mineral khususnya nikel sepaket dengan pengembangan industri mobil listrik dari sisi hilir. Namun dari ketiga kandidat Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres/Cawapres), menawarkan pendekatan berbeda.

Alhasil, Pemilu 2024 yang telah bergulir serentak, menimbulkan pertanyaan mengenai apakah upaya negara ini untuk menjadi pusat kendaraan listrik memberikan manfaat ekonomi yang cukup dibandingkan risiko lingkungan.

Ketiga calon presiden tersebut mengusulkan cara berbeda untuk melanjutkan kebijakan Presiden Joko Widodo yang memanfaatkan kekayaan mineral negara untuk menjadi produsen kendaraan listrik.

Ledakan tungku yang mematikan pada bulan Desember adalah titik konflik terbaru, yang memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat Indonesia yang menghadapi pengangguran dan kemiskinan meskipun ada lonjakan investasi terkait kendaraan listrik.

“Investasi fokus pada kuantitas, bukan kualitas,” kata Andry Satrio Nugroho dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) di Jakarta.

Menurutnya, ini merupakan  pekerjaan rumah bagi pemerintah di masa depan untuk menciptakan model hilirisasi sumber daya alam yang berkualitas dan investasi yang membuka lapangan kerja baru dan juga menjaga kualitas lingkungan. “Itu merupakan kunci kemakmuran dan kesetaraan ekonomi jangka panjang,” ungkapnya.

Tugas yang tersisa ini akan dilimpahkan kepada pemimpin berikutnya di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini. Ledakan kendaraan listrik telah menghasilkan dolar yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan ekspor, menstabilkan mata uang, dan memacu pertumbuhan ekonomi.

Namun, di kota-kota pertambangan di negara ini, kelompok buruh masih berjuang untuk mendapatkan gaji dan kondisi kerja yang lebih baik.

Larangan ekspor bijih mineral telah meningkatkan pengiriman logam olahan. Namun, hal ini masih didominasi oleh produk-produk dengan nilai tambah yang lebih rendah seperti baja tahan karat dan perantara nikel dibandingkan komponen baterai EV yang bernilai lebih tinggi,

“Hal ini menunjukkan bahwa hilirisasi di Indonesia masih dalam tahap awal, namun ada tanda-tanda bahwa upaya tersebut membuahkan hasil ,” menurut laporan Deutsche Bank AG.

Penciptaan lapangan kerja masih tertinggal. Jokowi mengatakan pengolahan nikel mempekerjakan 71.500 pekerja di Sulawesi Tengah dan 45.600 pekerja di Maluku Utara, dua provinsi yang paling banyak melakukan investasi terkait kendaraan listrik.

Jumlah ini akan meningkat 40 kali lipat dibandingkan tahun 2015. Namun, angka pengangguran di Maluku Utara meningkat menjadi 4,31% pada tahun lalu, dari 3,98% pada tahun 2022, dan tingkat pengangguran nasional masih berada di atas angka sebelum pandemi.

Angka kemiskinan di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah meningkat tahun lalu, meskipun kedua provinsi tersebut mencatat pertumbuhan dua digit setiap tahun sejak tahun 2021. “Hilirisasi masih memberikan manfaat bagi segelintir masyarakat dan dapat memperburuk kesenjangan sosial,” kata Nugroho dari Indef.

Lebih jauh, dia menilai ini merupakan dampak kurangnya perlindungan lingkungan juga dapat mengancam mata pencaharian lain seperti pertanian dan perikanan yang mendukung lapangan kerja dan stabilitas harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper