Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Komponen Lesu Imbas Turunnya Penjualan Mobil

Kinerja produksi industri komponen otomotif pada 10 bulan pertama 2023 masih lesu di tengah upaya mencapai target penjualan mobil hingga 1.050.000 unit.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja produksi industri komponen otomotif pada 10 bulan pertama 2023 masih lesu di tengah upaya mencapai target penjualan mobil hingga 1.050.000 unit.

Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Rachmad Basuki mengatakan pasokan komponen otomatis akan mengalami penurunan apabila penjualan roda empat mengalami koreksi.

Para anggota GIAMM pun memasok kebutuhan komponen kendaraan kepada para pabrikan otomotif atau Original Equipment Manufacturer (OEM). Selain itu, pasokan juga dilakukan untuk keperluan after market pada fast moving parts atau komponen mobil kendaraan yang harus lebih sering diganti, dan juga aksesoris.

“Kinerja Industri komponen ikut OEM-nya. Kalau penjualan naik pasti [pasokan] naik, sedangkan kalau penjualan turun juga ikut turun,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/12/2023).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menunjukkan produksi roda empat mencapai 1,81 juta unit sepanjang Januari-Oktober 2023, turun 1,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 1,2 juta unit.

Penurunan produksi ini pun sejalan dengan penjualan secara wholesales yang menurun 1,8% dari 851.411 unit menjadi 836.048 unit sampai dengan Oktober 2023.

Sementara impor untuk komponen tercatat mencapai 198.926.712 unit sepanjang Januari-Oktober 2023, naik 6.31% secara year-on-year (YoY) dari 187.037.077 unit.

Dalam memasok komponen pun, Rachmad juga menyebut sudah ada pasokan untuk kendaraan listrik yang sifatnya masih umum. Industri pun siap memasok apabila terdapat pesanan dari para OEM.

Meski demikian, untuk komponen spesifik seperti baterai, power control unit (PCU) maupun motor listriknya kemungkinan masih masih diimpor. Produksi dalam negeri pun dinilai masih sulit karena skala ekonomi yang belum mencukupi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper