Bisnis.com, JAKARTA — Produsen baterai asal Jepang, AESC berencana melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pasca-mendapatkan pendanaan senilai US$1 miliar atau setara Rp15,49 triliun (kurs jisdor Rp15.941).
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (30/10/2023), AESC sedang bekerja sama dengan para penasihatnya untuk menerbitkan saham seri C yang bernilai hingga miliaran dolar. AESC juga sedang melakukan penjajakan dengan beberapa investor besar termasuk produsen mobil global sebagai upaya untuk melantai di bursa Amerika Serikat (AS).
Aksi korporasi ini akan mengikuti putaran dana seri B yang baru-baru ini ditutup oleh sovereign wealth fund asal Singapura, yakni GIC Pte. Meski demikian, belum ada keputusan akhir yang diambil, dan rencana pendanaan AESC dapat berubah.
AES merupakan perusahaan patungan antara Nissan Motor Co. dan NEC yang dibentuk pada 2007. Kemudian, pada 2018, perusahaan teknologi energi asal China, Envision yang dipimpin oleh Zhang Lei, mengakuisisi saham pengendali di pembuat baterai tersebut.
AESC yang beroperasi secara global telah memasok sel baterai untuk hampir 1 juta kendaraan hingga saat ini. Seorang sumber Bloomberg mengatakan pendapatan tahunan dari AESC dapat mencapai miliaran dolar.
Beberapa pasar besar yang telah dirambah oleh AESC adalah China. dan Inggris. Perusahaan asal Jepang itu juga telah berkomitmen untuk memperluas produksi di AS dan memenuhi perjanjian pasokan dengan produsen mobil seperti BMW AG dan Mercedes-Benz Group AG yang nilainya mencapai miliaran dolar.
Baca Juga
Para produsen mobil dan juga perusahaan baterai tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai Inflation Reduction Act (IRA) atau Undang-Undang Pengurangan Inflasi, yang menyalurkan miliaran subsidi kepada industri otomotif untuk membuat kendaraan listrik.
Beleid ini sekaligus menerapkan persyaratan konten yang ketat guna menghentikan ketergantungan Negeri Paman Sam terhadap China.
Demi memenuhi syarat IRA yang memberikan kredit pajak konsumen, para produsen mobil harus memastikan komponen dan bahan baterai tidak bersumber dari entitas asing yang menjadi perhatian pemerintah AS.