Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik BYD Thailand Rampung Tahun Depan, Indonesia Kecolongan Lagi?

BYD menjadikan Thailand sebagai hub produksi regional, fasilitas pabrik mobil listrik itu juga akan melayani ekspor ke pasar Asia Tenggara lainnya.
Mobil listrik BYD Denza N7 tipe SUV elektrik dipamerkan dalam pameran di Beijing, China pada Senin (3/7/2023). - Bloomberg/Qilai Shen
Mobil listrik BYD Denza N7 tipe SUV elektrik dipamerkan dalam pameran di Beijing, China pada Senin (3/7/2023). - Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA- Hubungan antara China dan Thailand semakin erat terkait kerja sama investasi dan perdagangan. Berbagai perusahaan Tiongkok, termasuk produsen mobil listrik terbesar BYD telah merealisasikan investasi dengan pendirian pabrik di Thailand.

Dikutip dari chinadaily.com, kedua negara tengah gencar bekerjasama, terutama dengan memperluas pakta perdagangan bebas. Berbagai perusahaan baik dari Thailand dan China menyerbu kesempatan pasar masing-masing.

Pemimpin kedua negara pun meyakini kerja sama keduanya bisa menyelematkan perekonomian dan adaptasi terhadap ketidakpastian ekonomi global. Momentum Covid-19 dipercaya memacu hubungan erat keduanya.

Tiongkok tetap menjadi sumber investasi utama bagi Thailand pada 2022, dengan nilai investasi langsung mencapai US$2,3 miliar. Realisasi investasi banyak mengalir ke sektor seperti elektronik, otomotif, pusat data.

Bahkan, merujuk data Board of Investment Thailand, perusahaan otomotif Tiongkok juga ikut mendominasi investasi. Teranyar, BYD saat ini sedang membangun pabrik di Thailand.

Target perampungan pabrik itu ditenggat 2024. BYD menjadikan Thailand sebagai hub produksi regional, fasilitas pabrik mobil listrik itu juga akan melayani ekspor ke pasar Asia Tenggara lainnya.

“Thailand memiliki basis yang kuat dalam industri otomotif dengan kemampuan manufaktur yang matang, jadi kami memilih untuk membangun pabrik di sini setelah melalui pertimbangan yang cermat,” kata Liu Xueliang, manajer umum Divisi Penjualan Mobil BYD Asia-Pasifik, dikutip pada Jumat (20/10/2023).

Sementara itu, China National Petroleum Corp milik negara mengumumkan pada bulan Agustus bahwa proyek penyulingan minyaknya di timur laut Thailand telah beroperasi penuh. Fasilitas ini akan secara signifikan mengatasi meningkatnya permintaan akan peningkatan pasokan produk minyak olahan lokal di wilayah tersebut.

Dengan kapasitas transmisi minyak tahunan sebesar 6 juta metrik ton, proyek energi strategis yang melewati lima provinsi ini terdiri dari jaringan pipa sepanjang 342 kilometer, termasuk jalur penyulingan minyak dan stasiun pompa pendukung, ruang katup, dan terminal tangki pertanian.

Proyek ini akan sangat meningkatkan efisiensi pengiriman di kawasan ini dan menghubungkan Thailand dengan negara-negara tetangga dengan lebih baik, menurut CNPC, produsen dan pemasok minyak dan gas terbesar di Tiongkok.

Menurut Tang Sisi, seorang analis di firma riset BloombergNEF, Tiongkok mengambil alih posisi Amerika Serikat untuk menjadi pengilangan terbesar di dunia pada tahun 2022. Dengan kapasitas pengilangan dalam negeri dan permintaan minyak yang mendekati puncaknya, pengilangan Tiongkok berupaya melakukan ekspansi ke luar negeri.

“Thailand adalah salah satu negara dengan pertumbuhan permintaan minyak tercepat di Asia-Pasifik. Negara ini mengonsumsi lebih dari 3.000 barel minyak per hari untuk setiapUS $1 miliar output PDB pada tahun 2022,” ungkap Tang.

Ketika Tiongkok telah menciptakan kondisi yang lebih menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan global untuk mengembangkan bisnis mereka di pasar yang luas, TCP Group milik Thailand – sebuah perusahaan minuman – mengumumkan pada bulan Juli bahwa mereka telah menambah investasi pada basis produksi barunya di Nanning, ibu kota otonomi Guangxi Zhuang, Tiongkok Selatan.

Langkah ini meningkatkan total investasi perusahaan di pasar Tiongkok menjadi 3,3 miliar yuan (US$452 juta) selama dua tahun terakhir.

Sebaliknya bagi Indonesia yang juga tengah berkompetisi dengan Thailand, langkah perusahaan China terutama BYD menambah berat langkah elektrifikasi industri otomotif. Pemerintah Indonesia sebelumnya mengungkapkan BYD pun tengah menaruh minat investasi, hanya saja hingga kini belum ada kepastian terkait rencana tersebut.

Sebelumnya bahkan Tesla yang diharapkan menanamkan modal bagi ekosistem manufaktur mobil listrik pun batal membenamkan dananya. Perusahaan milik Elon Musk lebih memilih Malaysia sebagai hub distribusi dan berencana mendirikan pabrik di India.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper