Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Era Mobil Listrik, Produsen Komponen Otomotif Mulai Kelabakan

Mobil listrik bakal memangkas sekitar dua pertiga komponen mobil konvensional. Produsen komponen pun memutar otak untuk bertahan.
Modul Suplai-Distribusi Pendingin Terintegrasi adalah sistem manajemen termal mobil listrik baterai yang akan dipasang pada platform Electric-Global Modular Platform (E-GMP). /hyundai
Modul Suplai-Distribusi Pendingin Terintegrasi adalah sistem manajemen termal mobil listrik baterai yang akan dipasang pada platform Electric-Global Modular Platform (E-GMP). /hyundai

Bisnis.com, JAKARTA- Transisi yang begitu cepat dari mobil konvensional menuju mobil listrik (electric vehicle/EV) membuat goncang bisnis komponen otomotif. Banyak produsen komponen otomotif konvensional banting setir ataupun menyuntikan kembali investasi jumbo.

Seperti dikutip dari Nikkeiasia, pemain otomotif Jepang, terutama manufaktur komponen otomotif kini berbondong-bondong untuk merogoh kocek. Mereka berupaya melakukan investasi di berbagai bidang yang relevan pada era EV.

Para produsen komponen itu, tidak sekadar menyusun pengembangan produk anyar yang bisa diserap pasar seiring elektrifikasi otomotif, melainkan pula investasi keterampilan maupun pengetahuan baru. Mereka berupaya mengirimkan kembali sumber daya manusia (SDM) ke pusat-pusat pendidikan demi menguasai teknologi elektrifikasi.

Hal itu dilakukan antara lain oleh Nidec salah satu korporat produsen komponen penggerak. Kini, Nidec berhasil melakukan transisi bisnis konvensional mereka.

Di sisi lain, banyak para pemain komponen otomotif yang sebelumnya melayani permintaan manufaktur mobil konvensional, beralih fokus mengembangkan sukucadang penting mobil listrik. Mereka berlomba menjadi produsen penggerak listrik, inverter, dan girboks.

Imasen Electric Industrial, salah satu pemasok penting Mazda, telah memproduksi inverter untuk poros elektrik yang lebih kecil dan efisein. Perusahaan ini juga mengembangkan komponen elektronik di pusat penelitian dan pengembangan di Hiroshima.

Imasen mengantisipasi meningkatnya permintaan e-axle dan meningkatkan perekrutan tenaga ahli terkait. Perusahaan berencana untuk melipatgandakan tim R&D untuk bisnis elektroniknya menjadi 250 staf pada 2025.

Mereka juga akan menginvestasikan 5 miliar yen (US$34,4 juta) untuk kemampuan produksi baru. Perusahaan akan bermitra dalam produksi dengan perusahaan patungan Mazda yang melibatkan pemasok di Hiroshima, termasuk Imasen sendiri. Pemasok tersebut akhirnya mempertimbangkan untuk menjual suku cadang kendaraan listrik kepada klien di luar Mazda.

Imasen yang saat ini mengandalkan pendapatan dari jualan komponen kursi dengan kontribusi 80 persen itu, bertekad menggenjot pendapatan bisnis komponen elektrik hingga tujuh kali lipat pada 2029.

Perusahaan lainnya yakni KYB atau Kayaba yang semula berkutat pada produk peredam dan suspense, saat ini mulai melirik bisnis pompa pendingin dan pelumas elektronik. Komponen-komponen ini dapat memperluas jangkauan EV dengan mengurangi gesekan pada roda gigi dan mendinginkan motor.

Perusahaan telah mengembangkan prototipe, memanfaatkan pengalamannya dalam membuat pompa untuk konverter, dan ingin klien mulai memasukkan produk tersebut ke dalam poros elektronik mereka pada 2025.

Sementara itu, Unit Nissan Motor Jatco melatih kembali 2.000 insinyur di Jepang untuk meningkatkan pengembangan dan produksi massal produk mutakhir. Perusahaan berencana mengembangkan dan memproduksi e-axle sendiri, selain yang dirancang bersama dengan Nissan.

Upaya ini dilakukan ketika pemasok suku cadang terbesar di industri ini meningkatkan operasi mereka yang terkait dengan kendaraan listrik. Produsen motor Nidec berencana untuk membuka pabrik andalan baru di provinsi Zhejiang, Tiongkok pada awal Oktober, sementara Aisin bermaksud memperluas jajaran produk e-axle pada 2025.

Pasar global untuk e-axle akan tumbuh 40 kali lipat berdasarkan volume dari tahun 2021 hingga 2035, mencapai 56,7 juta unit, sebagaimana diprediksi Fuji Keizai yang berbasis di Tokyo. Pertumbuhan ini diperkirakan akan meningkat mulai 2025 seiring dengan meningkatnya penjualan kendaraan listrik, sehingga menarik pemasok besar dan kecil ke lapangan.

Namun meningkatnya permintaan baterai dan motor EV secara perlahan bakal memangkas permintaan suku cadang mobil konvensional. Selain itu, jumlah suku cadang yang digunakan pada mobil diperkirakan akan turun dua pertiganya seiring dengan peralihan ke kendaraan listrik.

Dengan asumsi kendaraan listrik menyumbang 15 persen dari pengiriman mobil pada 2030 dan 30 persen hingga 2035, total pengiriman suku cadang mobil di Jepang akan tetap sama nilainya berkat permintaan baterai dan motor yang berkelanjutan. Hal itu terlah diperkirakan Nakanishi Research Institute yang berbasis di Tokyo.

Namun pengiriman komponen mesin diperkirakan turun sekitar 30 persen nilainya menjadi 1,8 triliun yen pada 2035.

“Pengiriman suku cadang dalam negeri akan terus mengalami pemulihan hingga tahun 2025, namun akan mulai menurun setelah tahun 2030,” kata analis Takaki Nakanishi, dikutip pada Senin (4/9/2023).

Selain itu, terdapat pula perusahaan yang melakukan restrukturisasi untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Honda Motor telah memutuskan untuk menjual Yachiyo Industry, anak perusahaan konsolidasi yang memproduksi tangki bahan bakar untuk kendaraan bermesin bensin, kepada pemasok suku cadang mobil besar di India.

Pada bulan Juli, pembuat suku cadang Denso setuju untuk menjajaki penjualan bisnis businya ke Niterra, yang sebelumnya dikenal sebagai NGK Spark Plug.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper