Bisnis.com, BADUNG - Anak perusahaan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID PT Indonesia Battery Corporation (PT IBC) diperkirakan dapat memproduksi Baterai EV sebesar 46 GWH pada tahun 2034.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan bahwa dalam peta jalan transisi net zero diprediksi akan ada peningkatan permintaan baterai EV pada 2030 sebanyak 5.000 GWH.
Indonesia, kata Hendi akan diproyeksikan sebagai negara pemasok sebanyak 50 persen kebutuhan baterai EV untuk pasar global.
“Akan ada peningkatan permintaan baterai EV global menjadi 5.000 GWH pada tahun 2030 dan akan mencapai 12.700 GWH pada tahun 2040. Dan, Indonesia diproyeksikan akan memasok 50 persen kebutuhan baterai EV global,” kata Hendi dalam acara Asean Energy Bussines Forum di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/8/2023).
Dengan adanya proyeksi tersebut, Hendi menyebut bahwa pihaknya sudah siap untuk berkontribusi guna memenuhi kebutuhan baterai EV untuk pasar global.
Terlebih, MIND ID memiliki tujuan untuk menjadi lima perusahaan pertambangan global teratas pada tahun 2033.
Baca Juga
“Kami siap berkontribusi terhadap pemenuhan permintaan global akan bahan baterai EV melalui produk olahan kami yang berasal dari komoditas yang ada serta komoditas potensial di masa depan,” ucapnya
Seperti yang diketahui, PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation tengah memfinalisasi studi kelayakan investasi konsorsium baterai listrik Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) dan LG Energy Solution Ltd (LGES).
IBC menargetkan studi kelayakan investasi industri baterai setrum itu rampung paling lama dalam dua bulan ke depan.
“Mudah-mudahan studi kelayakan bisa selesai dalam 1 hingga 2 bulan ini berbarengan dengan joint venture agreement sehingga tahun depan bisa mulai konstruksi,” kata Direktur Pengembangan dan Operasi IBC Jeffrie N Korompis saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
CATL lewat konsorsiumnya di Indonesia, PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL) berkomitmen untuk menanamkan investasi sebesar US$6 miliar atau setara dengan Rp92,48 triliun (asumsi kurs Rp15.349 per US$) yang tergabung ke dalam proyek dragon.
Sementara itu, konsorsium LG yang tergabung ke dalam proyek penghiliran Titan berkomitmen untuk membenamkan investasi sebesar US$8 miliar setara dengan Rp122,79 triliun.
“Untuk modal pengembangan belum turun karena masih negosiasi dengan mitra dan studi kelayakan sedang difinalisasi untuk menentukan berapa nilai investasi dari proyek,” tutur Jeffrie.