Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Mobil Listrik Mercedes Lebih Mahal Dibandingkan Thailand, Ini Penjelasannya

Mercedes Benz Indonesia menilai perbedaan harga mobil listrik antara pasar Indonesia dan Thailand diakibatkan struktur maupun tarif pajak yang berbeda.
Tampilan Mobil Listrik Mercedes Benz EQB/Bisnis-Anshary Madya
Tampilan Mobil Listrik Mercedes Benz EQB/Bisnis-Anshary Madya

Bisnis.com, JAKARTA – PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) menyampaikan perbedaan harga dari mobil listrik series EQ di Thailand dan Indonesia disebabkan oleh perbedaan struktur pajak dan tingkat lokalisasi.

Head of Marketing Communications and Public Relations MBDI Kariyanto Hardjosoemarto mengatakan secara umum perbedaan harga mobil dari setiap negara disebabkan oleh komponen pajak yang berbeda.

“in general perbedaaan harga tersebut menurut kami karena faktor pajak karena komponen pajak di setiap negara berbeda - beda,” kata Kerry kepada Bisnis, Senin (20/6/2023).

Lebih lanjut, kata Kerry, alasan harga mobil listrik Mercedes-Benz seperti EQS di Thailand dan Indonesia berbeda karena mobil tersebut sudah dirakit lokal.

Bahkan, mobil listrik Mercy tersebut disebut telah mencapai TKDN 45 persen di Thailand. Sementara, untuk produk EQS di Indonesia masih berupa complete build up (CBU) unit.

“Kalau secara spesifik EQS di Thailand sudah CKD dengan komponen lokal mencapai 45 persen, sedangkan EQS di Indonesia masih full CBU sehingga belum bisa menikmati insentif yang diberikan oleh pemerintah untuk mobil listrik,” tambahnya.

Perlu diketahui, harga mobil listrik EQS di Indonesia mencapai Rp3,41 miliar, sedangkan di Thailand mobil ini dibanderol Rp3,099 miliar. Artinya, selisih harga mobil ini mencapai sekitar Rp320 juta-an.

Selain itu, produk teranyar Mercy yang baru diluncurkan beberapa waktu lalu di Indonesia yakni EQB juga memiliki harga yang berbeda dengan Thailand. Di Tanah Air, SUV tujuh penumpang full elektrik ini memiliki harga Rp1,65 miliar, di Thailand harganya hanya Rp1,3 miliar.

Diberitakan sebelumnya, Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyoroti dua persoalan, yakni rantai pasok dan biaya logistik. Dia mengatakan dua faktor itu yang masih menjadi penghambat mobil listrik Indonesia masih belum bisa terjangkau meski telah diguyur beberapa insentif.

“Biaya logistik kita masih 23,5 persen dari produk domestik bruto itu yang membuat kita tidak kompetitif sebagai basis produksi, jadi walaupun harus dikirim dari luar mobilnya dirakit di Indonesia harganya akan mahal,” tutur Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper