Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan selain kendaraan listrik, bahan bakar biofuel juga perlu dikembangkan sebagai strategi mencapai Net Zero Emission.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengatakan, bahan bakar berkarbon netral atau bahan bakar nabati (BBN) merupakan jalan alternatif untuk mencapai netralitas karbon untuk saat ini. Pasalnya, harga dari kendaraan listrik masih tergolong cukup mahal untuk dijangkau kebanyakan orang.
Oleh sebab itu, Edi menyarankan agar tidak selalu bertumpu pada kendaraan listrik khususnya model Battery Electric Vehicle (BEV). Sebab, Indonesia juga masih dapat mengembangkan bahan bakar 100 persen nabati.
“Pengembangan kendaraan ke depannya tidak selalu bertumpu pada kendaraan listrik murni, namun juga dapat bertumpu pada kendaraan dengan mesin hybrid [HEV or PHEV], di mana bahan bakar yang digunakan diharapkan dapat 100 persen dari Nabati,” ujar Edi saat dihubungi Bisnis, Senin (7/11/2022).
Lebih lanjut, Edi menambahkan, kendaraan besar seperti truk dan bus, serta sektor maritim dan kapal udara ke depannya bisa juga mengandalkan biofuel sebagai bahan bakar agar menghemat devisa dengan tidak mengimpor minyak solar dan penurunan emisi rumah kaca.
“Selain itu untuk kendaraan besar serta sektor maritim serta kapal udara ke depan juga masih bertumpu pada bahan bakar cair yang ramah lingkungan dan tentu bahan bakar nabati masih menjadi andalan,” jelas Edi.
Baca Juga
Sebagai informasi, saat ini Kementerian ESDM tengah melakukan pengembangan BBN terkhusus pada Bahan Bakar Nabati non oksigenat seperti Diesel Biohidrokarbon/Green diesel/HVO, Bensin Biohidrokarbon/ Bensin sawit, serta Bioavtur.
Selain itu, untuk bioetanol sudah mulai digalakkan oleh Kementerian BUMN dengan menggunakan bahan dasar gula yang akan digarap oleh perusahaan PT Sinergi Gula Nusantara atau Sugarco.