Bisnis.com, JAKARTA- Industri otomotif mencetak surplus neraca dagang sebesar US$661,26 juta selama tujuh bulan pada tahun ini. Hal itu berkat nilai ekspor yang melonjak hingga 18 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait ekspor HS 87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya mencakup produk ekspor roda dua, roda empat atau lebih secara utuh maupun terurai, beserta komponennya. Secara nilai total nilai ekspor itu mencapai US$5,88 miliar.
Realisasi ekspor itu tumbuh 18 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar US$4,96 miliar. Sayangnya, saat bersamaan pertumbuhan nilai impor melonjak tajam.
Dari data yang sama, nilai impor HS 87 mencapai US$5,22 miliar. Kinerja itu melesat 48,25 persen dibandingkan US$3,52 miliar pada periode sama tahun lalu.
Karena itu, meskipun memetik surplus perdagangan otomotif hingga Juli tahun ini, nilai tersebut semakin menyusut. Pada periode sama tahun lalu, surplus neraca dagang itu menembus US$1,43 miliar.
Ekspor otomotif Indonesia didongkrak pengapalan produk roda empat dengan kapasitas mesin 1.000-1.500cc secara CBU. Produk tersebut menyumbang nilai ekspor sebesar US$1,09 miliar selama tujuh bulan tahun berjalan.
Baca Juga
Pada posisi kedua, kontributor ekspor terbesar adalah ekspor roda empat dengan kapasitas mesin 1.500-1.800 cc secara utuh. Total nilai ekspor produk tersebut mencapai US$714,3 juta. Ekspor terbesar ketiga disangga produk roda empat dengan silinder mesin di atas 2.500 cc, yang menorehkan ekspor sebesar US$547,22 juta selama Januari-Juli tahun ini.
Sedangkan nilai ekspor roda dua dengan kapasitas mesin antara 50-150cc secara utuh tercatat sebesar US$382,3 juta. Ekspor juga ditopang produk aksesoris dan komponen yang mengemas nilai US$485,3 juta selama Januari-Juli tahun ini.
Secara keseluruhan, produk-produk ekspor itu masih bertumpu pada teknologi konvensional (ICE/Internal Combution Engine). Sedangkan negara tujuan utama masih berkisar regional Asean, terutama Filipina, Vietnam, dan Malaysia.