Bisnis.com, BADUNG – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) kembali menggandeng civitas akademika untuk mewujudkan target bebas emisi pada 2060.
Setelah mengelar seminar di Universitas Diponegoro, kali ini Toyota menggelar seminar 100 Tahun Industri Otomotif Indonesia Mewujudkan Net Zero Emission di Indonesia bersama dengan Universitas Udayana.
Khusus di Bali, Toyota mengemas sosialisasi bebas emisi dengan memperkuat ekosistem kendaraan listrik di kawasan pariwisata.
Kolaborasi triple helix berupa sinergi positif pemerintah, akademisi, dan industri dapat menjadi solusi nyata mencapai netralitas karbon yang merupakan target nasional yang harus dicapai pada2060.
Aktivitas seminar ini menjadi bentuk partisipasi aktif berbagai stakeholder pendukung, seperti sektor pendidikan, industri pariwisata, serta industri otomotif nasional untuk mewujudkan cita-cita pemerintah mencapai target masa depan Indonesia yakni bebas emisi.
“Secara total, seminar ini akan diselenggarakan bekerjasama dengan tujuh universitas, termasuk Universitas Udayana. Kerja sama kami dengan Universitas sudah berlangsung sejak 2018, program riset bersama. Kami akan terus meningkatkan kerja sama di masa mendatang,” kata Vice President PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto di Universitas Udayana, Rabu (27/7/2022).
Terkait dengan target bebas emisi, ia menekankan upayanya harus dilakukan secara holistik, mulai dari proses produksi hingga produk otomotifnya. Hingga saat ini, TMMIN telah melakukan sejumlah inisiantif yakni memanfaatkan energi baru terbarukan secara bertahap, proses produksi dengan mengedepankan pengurangan emisi, dan memproduksi produk otomotif yang rendah emisi.
Lebih lanjut, dia menekankan proses transisi menuju net zero emission juga harus berjalan mulus. Tak hanya dari segi lingkungan, transisi ini juga harus memastikan bahwa proses tersebut harus menguntungkan ribuan bahkan jutaan manusia yang telah bergantung pada industri otomotif.
“Kami bersama pemerintah dan akademisi berupaya memastikan transisi berjalan mulus, seminimal mungkin berdampak negaif. [Supaya] sektor otomotif tidak mengalami deindustrilisasi.
Kami ingin transisi berjalan mulus karena rantai pasok kami melibatkan lebih dari 300.000 karyawan,” tekannya.