Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah membanggakan Indonesia akan menjadi pemain kendaraan listrik diperhitungkan dunia, apalagi dengan masuknya Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Energy Solution yang bakal membangun pabrik baterai listrik. Padahal, investasi keduanya tak membawa manfaat transfer teknologi.
Hal itu diutarakan Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho. Dia menganggap hal itu wajar dikarenakan kedua raksasa teknologi baterai tersebut masih mengambil manfaat dari hak paten.
“Jadi kita tidak bisa membuka teknologi itu, lalu melakukan modifikasi. Jadi, kita harus mengembangkan teknologi kita sendiri yang dibuat oleh karya anak Indonesia,” katanya di Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Toto menjelaskan bahwa perusahaan manapun melakukan hal yang sama. Mereka, katanya, akan memberikan teknologi kepada mitra lokal, tetapi bukan merupakan teknologi mutakhir.
Meski tidak mendapat teknologi, Toto menuturkan bahwa dia yakin dengan kemampuan tenaga Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan sudah dikuasainya battery management system (BMS)
Toto menilai penguasaan BMS sangat penting. Jika menguasainya, sama saja memiliki kemampuan 85 persen produksi baterai utuh.
Baca Juga
Secara umum, tambah Toto, Indonesia tetap diuntungkan dengan investasi yang dilakukan CATL dan LG. “Iya karena mereka bisa investasi. Tetapi dengan itu bisa munculkan multiplier efek,” jelasnya.
CATL bakal membangun pabrik baterai lithium di Halmahera, Maluku Utara dengan nilai Rp85,3 triliun. Sedangkan LG Energy Solution terkait industri sel baterai kendaraan listrik di Batang, Jawa Tengah dengan total Rp142 triliun.
Bersama dengan Antam, IBC ikut digandeng CATL dan LG. Kongsi keempat entitas itupun ditarget rampung pada tahun ini.