Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peta Persaingan Otomotif, Mampukah Korsel Geser Dominasi Jepang?

Dalam beberapa waktu terakhir, Hyundai agresif masuk semakin dalam ke industri otomotif Indonesia. Mobil listrik diperkirakan akan menjadi celah pabrikan asal Korea Selatan ini untuk mencoba peruntungan di tengah dominasi merek Jepang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengunjungi Pabrik Mobil Listrik Hyundai di Sukamukti Bekasi, Jumat (6/11/2020). /KeMenko Marves
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mengunjungi Pabrik Mobil Listrik Hyundai di Sukamukti Bekasi, Jumat (6/11/2020). /KeMenko Marves

Bisnis.com, JAKARTA — Peta persaingan industri otomotif nasional semakin menarik. Meski mobil merek Jepang telah mendominasi pasar selama puluhan tahun, pabrikan asal Korea Selatan belakangan mulai agresif. 

Pabrikan otomotif asal Negeri Ginseng memanfaatkan celah bernama mobil listrik. Sebagaimana diketahui, transisi menuju era energi baru terbarukan (EBT) bisa dikatakan transformasi terbesar industri otomotif. 

Hal itu pun menjadi keuntungan bagi merek-merek otomotif yang sebelumnya tertinggal secara penjualan. Pasalnya mobil listrik akan menjadi panggung baru bagi perusahaan kendaraan bermotor untuk tampil dan mencuri perhatian. 

Di Tanah Air, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terakhir, pangsa pasar penjualan duo mobil Jepang yakni Toyota dan Daihatsu saja mencapai 49,4 persen. Jika memasukkan Mitsubishi, Honda, dan Suzuki maka pangsa pasarnya meningkat menjadi 84,8 persen.

Sementara itu, mobil merek Negeri Gingseng yakni Hyundai dan Kia sejauh ini belum memiliki taring di Indonesia. Pangsa pasar penjualannya tidak lebih dari 1 persen atau tepatnya 0,7 persen.

Lantas bagaimana tren penjualan mobil merek kedua negara tersebut? Jika menyelisik data 3 tahun sebelum pandemi Covid-19, penguasaan pasar mobil Jepang terbilang kokoh. Toyota dan Daihatsu, misalnya mencatat penjualan 555.255 unit pada 2017 atau menguasai 51,57 persen pasar. Pada tahun berikutnya penguasaan pasar duo Astra ini turun menjadi kurang dari 50 persen. 

Penyebabnya turunnya pangsa pasar duo Astra adalah kehadiran Mitsubishi Xpander. Mobil ini menambah sekaligus menggerus konsumen Toyota Avanza. Artinya kue pasar domestik hanya berpindah antar pabrikan Jepang, dari Toyota ke Mitsubishi. 

Kemudian pada 2019, penguasaan pasar Jepang juga masih belum goyah. Merek China yang hadir di Tanah Air dalam lima tahun terakhir belum mampu menggoyang dominasi Samurai. Lima besar merek mobil penumpang masih diisi oleh mobil Jepang dengan penguasaan pasar 84,3 persen. 

Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pabrikan otomotif asal Korea Selatan. Akibat penjualan yang terus menyusut, Kia sempat menutup beberapa dealer di Indonesia. Nasibnya hampir kandas, sampai akhirnya diambil oleh grup Indomobil pada 2019. 

Hyundai masih sedikit lebih beruntung. Pada 2017, perusahaan mencatat penjualan 1.308 unit atau hanya 

Sementara itu, penjualan mobil merek Korea Selatan menunjukkan tren yang tak jauh berbeda. Bahkan, tampak belum begitu kuat dengan basis penjualan yang masih sangat kecil. Hyundai mencatat penjualan 1.308 unit sepanjang 2017.

Pada 2018, Hyundai mencatat pertumbuhan penjualan menjadi 1.485 unit. Namun pada 2019, kinerja Hyundai  merosot dengan capaian 1.417 unit.

Tahun lalu, pandemi Covid-19 menghantam industri otomotif. Penjualan Kia dan Hyundai pun ikut terjun bebas. 

Namun, pada 2021 kinerja keduanya tampak cerah. Hyundai dengan pilihan mobil listrik murni telah mengantongi penjualan sebanyak 1.569 unit hingga Agustus 2021. Artinya penjualan selama delapan bulan tahun ini telah melampaui kinerja sebelum pandemi Covid-19. 

MASA DEPAN

Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengakui saat ini mobil merek Jepang masih memiliki pangsa pasar yang sangat besar. Terlebih, mobil merek Jepang memiliki sejarah panjang serta pelanggan yang sangat loyal di Tanah Air.

Namun jika melihat masa depan khususnya dengan perkembangan mobil listrik, Bebin berpendapat mobil merek Korea Selatan justru lebih siap untuk merebut banyak hati pelanggan nasional.

"Memang peta persaingan pasar otomotif nasional ini akan sangat menarik. Toyota besama Daihatsu-nya, dan Honda hanya berfokus dengan kendaraan Hybrid dan memang tidak banyak. Kalau Korea Selatan ini, mereka sudah siap. Mereka yang akan paling depan," sebutnya kepada Bisnis, Selasa (28/9/2021).

Bebin menilai produk mobil listrik dengan harga di kisaran Rp300 juta pun sudah mulai dapat dinikmati oleh pelanggan nasional. Terlebih, pelaku usaha otomotif yang terkait dengan mobil listrik mendapat insentif yang cukup banyak dari pemerintah.

"Tentu ini membuat banyak pilihan lebih terjangkau bagi masyarakat, terlebih ongkos pengisian daya, perbaikan, dan perawatan lebih murah mobil listrik dibandingkan mobil konvensional," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper