Bisnis.com, JAKARTA — Pabrikan otomotif Tanah Air merasakan krisis pasokan chip atau cip semikonduktor. Hal ini menjadi salah satu penyebab penurunan produksi mobil secara bulanan pada April 2021.
Kendati demikian, Gaikindo menyatakan dampak kekurangan pasokan cip di Indonesia tidak separah yang dirasakan banyak negara.
"Kita masih belum setinggi mereka, seperti di negara maju, dalam penggunaan chip semikonduktor," kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara kepada Tempo, Senin (17/5/2021).
Berdasarkan laporan anggota Gaikindo, saat ini bisa dipastikan Indonesia aman dari krisis pasokan cip semikonduktor. Namun dia mengaku belum menerima data lengkap mengenai perusahaan yang terkena dampak.
Kukuh menerangkan anggota Gaikindo terus berupaya mencari alternatif pemasok semikonduktor, karena komponen tersebut bukan termasuk barang pemasok tunggal.
Kelangkaan cip semikonduktor global mengganggu produksi kendaraan bermotor sejak beberapa bulan terakhir. Salah satu perusahaan otomotif yang terdampak adalah produsen mobil Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang seperti Mitsubishi Motors Corp.
General Motors, Volkswagen, Toyota, Ford, dan Stellantis sudah lebih dulu membatasi produksi di sejumlah negara. Bahkan sejumlah perusahaan industri otomotif di AS, Cina, dan Eropa menutup sementara pabrik mobil mereka gara-gara kelangkaan chip semikonduktor.
Sementara itu, merujuk data Gaikindo, kinerja produksi kendaraan roda empat sepanjang April 2021 turun 11,7 persen dibandingkan Maret, atau menjadi 90.618 unit. Lebih dari 80 persen volume penurunan disumbangkan oleh merek-merek penerima insentif pajak atas pembelian barang mewah atau PPnBM.
Ada lima pabrikan besar di Indonesia yang mengalami penurunan produksi secara bulanan. Mereka adalah Toyota, Mitsubishi Motors, Suzuki, dan Honda. Kelima pabrikan ini terdaftar sebagai merek penerima relaksasi PPnBM.
Toyota tercatat mengalami penurunan produksi sebesar 8,6 persen, atau dari 38.643 unit turun menjadi 35.573 unit. Sementara itu, produksi Mitsubishi Motor melemah 18,5 persen, Suzuki turun 17,6 persen, dan Honda mencatatkan penurunan 32,8 persen. Bisnis telah mencoba mengonfirmasi hal tersebut kepada para APM. Namun, hingga berita ini diturunkan, para pemegang merek belum memberikan jawaban.