Bisnis.com, JAKARTA — Investor awal Tesla dan mantan anggota dewan Steve Westly mengatakan bahwa persaingan mobil listrik terjadi pada semua segmen. Oleh karena itu menurutnya, tahta raja mobil listrik tidak akan selamanya milik Tesla.
"Tesla tidak akan menjadi raja selamanya," katanya, mengutip Business Insider, Senin (8/3/2021).
Dia melanjutkan saat ini banyak pabrikan baru, seperti Lucid Motors, Fisker, dan Rivian hingga perusahaan lebih mapan seperti General Motors dan Volkswagen ikut meramaikan industri mobil listrik.
Pada bulan Februari, survei J.D. Power terhadap pembeli mobil baru menemukan bahwa banyak orang yang ingin membeli mobil listrik tengah mempertimbangkan merek selain Tesla.
" Ini dapat diartikan bahwa, daya tarik Tesla jelas hebat, tapi tidak mutlak dan dapat digantikan oleh merek lain yang dinilai layak," kata Direktur Senior Ritel Otomotif J.D. Power Stewart Stropp, dalam survei tersebut.
Terlepas dari keraguan tentang masa depan peran Tesla di pasar mobil listrik, saham Tesla telah meningkat lebih dari 650 persen dalam satu tahun terakhir. Pendapatan perusahaan meningkat pada tahun 2020 dari US$24,6 miliar atau Rp353,65 triliun menjadi US$31,5 miliar atau Rp452,84 triliun dengan asumsi kurs Rp14.375.
Di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif, Tesla berupaya mengisi segmen mobil dengan harga yang lebih murah. Perusahaan milik Elon Musk ini punya rencana merancang mobil seharga US$25.000 atau Rp359,4 juta dan telah memperluas pabriknya ke China, membangun Shanghai Gigafactory.
China pada masa yang akan datang, kemungkinan akan tetap menjadi pasar utama Tesla dan industri mobil listrik pada umumnya. Seperti diketahui, pada 2020, pendapatan Tesla naik dua kali lipat di negara tersebut.
"China adalah kunci utama pertumbuhan pasar mobil listrik," kata seorang analis di Wedbush Dan Ives.