Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Studi Nissan: 50 Persen Konsumen Indonesia Minati Mobil Listrik

Studi berjudul The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia itu menyatakan 64 persen orang Asean lebih mempertimbangkan kendaraan listrik dibandingkan 5 tahun lalu.
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn
Petugas mengisi daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di kawasan Fatmawati, Jakarta, Sabtu (12/12/2020). Fast charging 50 kW ini didukung berbagai tipe gun mobil listrik. ANTARA FOTOrn

Bisnis.com, JAKARTA – Studi Nissan yang dilakukan oleh Frost & Sullivan mengungkap bahwa hambatan untuk memiliki kendaraan listrik telah berkurang secara signifikan di Indonesia dan negara tetangga di Asia Tenggara (Asean).

Studi berjudul The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia tersebut memerinci bahwa hampir dua pertiga atau 64 persen responden di Asean menyatakan lebih mempertimbangkan kendaraan listrik dibandingkan lima tahun lalu.

Sebesar 66 persen konsumen juga percaya bahwa mereka pasti akan menggunakan mobil listrik sebagai bagian dari kehidupan bermobilitas dalam waktu dekat.

Menurut studi tersebut, 50 persen pemilik kendaraan konvensional di Indonesia menyatakan bahwa dalam tiga tahun ke depan, mereka akan mempertimbangkan pembelian mobil listrik.

Dampak positif terhadap lingkungan dan teknologi keselamatan menjadi faktor utama bagi masyarakat Indonesia untuk mempertimbangkan pembelian tersebut.

Selain itu, 44 persen responden Indonesia berpendapat kendaraan listrik itu keren sekaligus trendi, sementara 58 persen percaya bahwa biaya perawatan untuk kendaraan listrik lebih murah dibandingkan mobil berbahan bakar fosil.

Sejalan dengan studi serupa yang dilakukan pada tahun 2018, studi baru itu pun menunjukkan ada tiga faktor teratas bagi responden Indonesia untuk beralih ke kendaraan listrik.

Faktor itu adalah manfaat pajak (80 persen), pemasangan stasiun pengisian daya di kawasan pemukiman (80 persen) dan jalur prioritas untuk kendaraan listrik (55 persen).

“Hal ini menunjukkan kebutuhan yang terus berlangsung bagi produsen mobil, pembuat kebijakan, dan pihak swasta untuk berkolaborasi dalam mendorong penerapan mobilitas listrik,” tulis studi tersebut.

Pada saat bersamaan, riset Nissan juga menunjukkan bahwa masih ada hambatan bagi responden Indonesia untuk memiliki mobil listrik, meski optimisme dalam menyambut era elektrifikasi dinilai jauh lebih besar.

Ketakutan akan kehabisan daya sebelum tiba di stasiun pengisian menjadi penghalang paling signifikan dalam memiliki kendaraan berlistrik di Indonesia. Kendati demikian, kekhawatiran tersebut turun dari 73 persen pada 2018 menjadi 54 persen pada 2020.

Studi The Future of Electrified Vehicles in Southeast Asia oleh Frost & Sullivan pada September 2020 ini dilakukan di enam pasar Asean, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Temuan ini berdasarkan pada 3.000 tanggapan pelanggan daring di antara pengemudi mobil di kota-kota tertentu, untuk memahami kesadaran, sikap, perilaku, dan persepsi pelanggan terhadap kendaraan listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper