Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Pandemi, Meshindo Tambah Lini Produksi Pelek Kendaraan

PT Meshindo Alloy Wheel menambah lini produksi pelek kendaraan bermotor. Investasi tersebut ditargetkan akan berkontribusi dalam memperkokoh sektor komponen otomotif, sekaligus berperan dalam program substitusi impor.
Pelek Mobil. /Bisnis
Pelek Mobil. /Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — PT Meshindo Alloy Wheel menambah lini produksi pelek kendaraan bermotor. Investasi tersebut ditargetkan akan berkontribusi dalam memperkokoh sektor komponen otomotif, sekaligus berperan dalam program substitusi impor.

Direktur Produksi PT Meshindo Alloy Wheel Syamsuri mengatakan produksi pelek kategori M dan penambahan lini produksi pelek Kategori L dengan merek dagang MSD dapat semakin mengukuhkan perusahaannya sebagai produsen pelek terbesar di Indonesia. Saat ini kapasitas pabrik milik perseroan mencapai 840.000 buah per tahun.

“Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah, yang telah mendukung para pelaku industri untuk bisa meningkatkan utilisisasi, meski saat pandemi seperti ini,” katanya melalui siaran pers, Kamis (17/12/2020).

Syamsuri sepakat dengan upaya yang dilakukan Kemenperin untuk mendorong industri pelek agar bisa terus berkembang melalui berbagai regulasi dan proteksi. Hal itu dinilai akan membuat perseroan lebih bersemangat mengintegrasikan stuktur hilirisasi pada industri pelek.

PT Meshindo Alloy Wheel merupakan produsen pelek nasional kawakan yang sudah berpengalaman di sektor komponen otomotif tanah air. Perusahaan tersebut berdiri sejak tahun 1991 serta telah mendapat sertifikat SNI ISO 9001:2015 untuk sistem Manajemen Mutu.

Selain itu, produknya sudah mendapatkan Standar Proses Penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementerian Perindustrian.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BBPI) Kementerian Perindustrian Doddy Rahadi mengrapresiasi PT Meshindo Alloy Wheel yang kali ini melakukan penambahan lini produksi untuk pelek kendaraan bermotor kategori L, atau pelek sepeda motor berdiameter 13 sesuai SNI 4658: 2008.

Doddy berharap, penambahan investasi pada sektor tersebut terus berlanjut, sejalan dengan program substitusi impor. Pasalnya, beberapa produk hulu dari industri pelek masih belum diproduksi di dalam negeri. Kemudian ada yang kapasitasnya harus ditambah sampai beberapa kali lipat, seperti ingot jenis A 356.2.

“Kami terus mendorong para pelaku industri untuk berinovasi serta meningkatkan kemampuan produksi, sehingga mengurangi ketergantungan impor, termasuk dalam mendorong utilisasi industri pelek dalam negeri. Kami berharap para produsen pelek lebih maju lagi,” ujarnya.

Pemerintah juga berupaya memproteksi industri pelek nasional dari serbuan produk-produk impor, sekaligus berusaha menjadikan produk pelek nasional menjadi primadona di negeri sendiri. Upaya yang dilakukan antara lain melalui kebijakan safeguard dan antidumping.

Instrumen lainnya adalah pembenahan Lembaga Sertifikasi Produk untuk penerbitan SPPT SNI, penerapan SNI wajib. Selanjutnya, penyesuaian tata niaga impor pelek melalui sistem informasi industri nasional (SIINAS).

Sementara itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin yang akan bertransformasi sebagai Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) diproyeksikan menjadi lokomotif dan koordinator kebijakan jasa industri dalam pembinaan dan pelaksanaan di industri.

Sejumlah upaya optimalisasi kontribusi dan partisipasi sektor jasa industri terus dilakukan.

Upaya tersebut meliputi identifikasi pelaku industri, penyempurnaan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) untuk sektor jasa industri, FGD dan webinar tentang jasa industri untuk menyemarakkan partisipasi stakeholder, penyiapan regulasi dan insentif dalam rangka pembinaan dan pelaksanaannya, hingga membangun jejaring kerja sama supply-side dan demand-side sektor jasa industri.

Doddy menambahkan bahwa jasa industri diharapkan mampu menambah kontribusi sektor industri hingga 5% dalam produk domestik bruto (PDB) nasional.

"Pengoptimalan lini jasa industri ini akan memberikan tambahan peluang lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja, serta multiplier effect bagi sektor lainnya,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper