Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan wahana angkut anjungan lepas pantai paska operasi (ALPO), mengingat banyaknya platform offshore tidak dipakai atau berusia di atas ketentuan layak operasinya.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza mengatakan Indonesia mempunyai alur laut kepulauan I-III yang relatif padat lalu lintasnya, serta perairan lain yang dipadati dengan banyak platform offshore yang sudah tidak dipakai atau sudah berusia di atas ketentuan layak operasinya.
"Tentunya ini sangat menggangggu jalur pelayaran dan kelangsungan hidup biota laut. Dalam rangka proses decommissioning tersebut, BPPT menawarkan solusi melalui peran kerekayasannya untuk menghasilkan inovasi dalam pengadaan sarana/wahana untuk melakukan pembongkaran platform yang sudah tidak berfungsi tersebut," ujarnya, Selasa (1/12/2020).
BPPT melalui Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) pun menggelar webinar dengan tema Inovasi Teknologi Wahana Angkut Anjungan Lepas Pantai Pasca Operasi (ALPO). Webinar ini menjadi sarana untuk memperkenalkan program BPPT dan menjalin kerja sama dengan para mitra potensial.
BPPT memerlukan keterlibatan para pihak atau institusi sesuai dengan bidangnya agar ekosistim inovasi berkembang. Lembaga pendidikan seperti ITS sedang melakukan kajian tekno ekonomi bagi pengembangan wahana angkut ALPO tersebut.
Lembaga sertifikasi seperti Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) juga diperlukan dalam rangka proses approval design wahananya. Industri galangan nantinya sangat diperlukan dalam rangka pembangunan wahana tersebut.
Baca Juga
Berdasarkan data BPPT, anjungan lepas pantai ini terdistribusi sekitar 65 persen di perairan Jawa, 25 persen di daerah Kalimantan Timur dan sisanya berada di Selat Malaka, Natuna dan Jawa timur.
Bentuk strukturnya berkisar 40 persen berkaki empat, 34 persen berkaki tiga dan sisanya adalah monopod. Dari jumlah sekitar 600 anjungan lepas pantai ada sekitar 38 persen mempunyai umur lebih dari 30 tahun, padahal umur dari dari konstruksi anjungan lepas pantai umumnya berkisar 20--40 tahun.
Atas hal itu, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah melakukan pembongkaran dan relokasi dari anjungan lepas pantai tersebut.
Pusat Teknologi Rekayasa Maritim BPPT pada 29 Oktober 2018, mengungkapkan desain wahana angkut BPPT. "Pekerjaan desain wahana angkut ALPO ini secara khusus dilakukan pada jenis catamaran dan tongkang (barge) dengan pertimbangan bahwa tipe kapal catamaran memiliki stabilitas yang lebih baik daripada kapal berbadan tunggal (monohull)."
Hal itu mengingat proses pembongkaran anjungan lepas pantai ini membutuhkan kapal yang relatif stabil pada saat proses lifting anjungan lepas pantai. Saat melakukan pembongkaran (decommisioning) metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengangkatan (lifting) anjungan lepas pantai dari bawah permukaan laut menggunakan sistem crane hingga berada di atas deck kapal.
Tipe tongkang (barge) dipilih sebagai kapal pembanding kinerja terhadap tipe Catamaran. Jenis tongkang secara stabilitas mungkin lebih baik dari jenis catamaran, tetapi karena operasi dari wahana angkut ALPO ini ke berbagai lokasi anjungan lepas pantai di perairan Indonesai maka perlu juga dipertimbangkan akan keperluan akan daya mesin penggerak dan olah gerak yang relatif baik dan aman yang sepertinya dapat dipenuhi oleh jenis Catamaran.