Bisnis.com, JAKARTA - Kasus pengeroyokan yang melibatkan klub Harley-Davidson kembali terjadi. Arogansi konvoi motor gede ini menyimpulkan bahwa berkendara secara defensif belum diterapkan bahkan oleh komunitas roda dua.
Sony Susmana, Senior Instructor Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), menyarankan agar masyarakat menerapkan gaya mengemudi yang defensif. Perilaku ini mengedepankan sisi proaktif, yang artinya berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi.
Menurutnya, secara prinsip, mengemudi secara defensif bertujuan meminimalkan risiko bahaya. Pengemudi dengan tipe ini memiliki nilai toleransi sesama pengguna jalan, sehingga potensi bahaya dapat dicegah.
“Untuk dapat mengemudi secara defensif cukup mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, video yang menunjukkan dua prajurit TNI jadi korban pengeroyokan rombongan klub Harley-Davidson telah viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat pengeroyokan terjadi di sebuah halaman ruko warga.
Prajurit TNI yang menjadi korban pengeroyokan itu adalah Serda Mistari dan Serda Yusuf yang bertugas di Satuan Intel Kodim 0304/Agam, Sumatera Barat.
Baca Juga
Dalam rekaman video lain yang beredar, terlihat segerombolan anggota konvoi Moge menyampaikan permintaan maaf secara lisan di Kodim 0304/Agam. Ada sekitar delapan orang yang terlihat menyampaikan permintaan maaf.
"Kami dari Harley-Davidson Owners Group meminta maaf kepada prajurit Kodim 0304/Agam dan kepada seluruh anggota TNI atas pengeroyokan anggota TNI di Bukittinggi," ucap mereka dalam pernyataan maafnya.