Bisnis.com, JAKARTA – Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) terus menggenjot tingkat kandungan dalam negeri murni untuk pembuatan produk Toyota hingga 80 persen di tengah pandemi virus corona.
Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal TMMIN Bob Azam mengatakan bahwa virus corona secara simultan mendorong perusahaan untuk meningkatkan kandungan lokal murni atau true localization.
“Sebenarnya sebelum Covid-19, kami telah berusaha untuk lokalisasi guna meredam efek apresiasi dari foreign currency,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (28/7/2020).
Untuk meningkatkan kandungan lokal murni, kata Bob, TMMIN bekerja sama dengan Inalum dan Paku dalam proses riset dan pengembangan untuk penggunaan aluminium lokal yang digunakan untuk pelek.
TMMIN juga menggandeng PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) dalam melokalisasi dua jenis bahan mentah, yaitu resin. Kerja sama ini telah dilakukan sejak 2017.
“Tetapi dengan adanya Covid-19, upaya untuk lokalisasi menjadi akselerasi sebagai bentuk dari manajemen risiko,” ujarnya.
Baca Juga
Bob menuturkan bahwa sampai saat ini Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dari produk Toyota berada di level 65 persen sampai dengan 80 persen. Menurutnya, penggunaan sumber material dalam negeri menjadi upaya fundamental dalam menjaga daya saing.
Peningkatan TKDN memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi industri otomotif. Hal ini disebabkan masih banyaknya bahan mentah dan bahan baku industri manufaktur otomotif yang bersumber dari material impor.
Menurut Bob, pendalaman TKDN perlu terus dilakukan karena menjadi beban tanggung jawab industri kecil yang berperan sebagai pemasok di lapis kedua dan ketiga.
Secara terpisah, Presiden Direktur TMMIN Warih Andang Tjahjono mengatakan saat ini rantai pasok TMMIN di lapis pertama terdiri atas 140 perusahaan. Lapis kedua mencapai 300 perusahaan, sedangkan lapis ketiga berjumlah 400 hingga 500 perusahaan.
Dia menuturkan bahwa penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19 berdampak langsung terhadap manajemen rantai pasok dari hulu sampai hilir. “Kalau dihitung total ada 300.000 karyawan. Dampak terbesar dirasakan oleh mereka,” ujar Warih dalam diskusi daring, baru-baru ini.
Warih memproyeksikan produksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat membaik pada kuartal III/2020. Adapun, pada kuartal keempat diharapkan mulai mendekati produksi penuh. Dia menilai butuh waktu 1 hingga 2 tahun untuk produksi kembali pulih.
“Setiap sektor industri sedang mempersiapkan diri menghadapi kenormalan baru. Kami percaya, pada saat musim semi tiba, kami siap,” tuturnya.