Bisnis.com, JAKARTA - Setelah renggang hubungan lantaran kasus kudeta Carlos Ghosn dari pucuk pimpinan, Renault SA, Nissan Motor Co dan Mitsubishi Motors Corp berencana memperbaiki kerja sama strategis untuk "bertahan hidup" di tengah tekanan dampak pandemi Covid-19.
Tiga perusahaan otomotif Renault SA, Nissan Motor Co dan Mitsubishi Motors Corp pada September 2017 mengumumkan rencana strategis dalam sebuah aliansi dengan tujuan menjadi pembuat mobil terbesar di dunia pada 2022.
Namun pada Rabu (27/5/2020), aliansi itu akan menguraikan rencana baru untuk memugar atau memperbaiki rencana kerja aliansi demi bisa "bertahan hidup".
"Akan ada restrukturisasi, akan ada pengurangan biaya tetap, akan ada sejumlah proyek yang akan dikurangi," kata seseorang sumber anonim yang memahami masalah itu kepada Reuters, Selasa (26/5).
Masalah yang melilit aliansi itu adalah penjualan yang menyusut imbas Covid-19, serta kerenggangan aliansi setelah pemimpin mereka Carlos Ghosn tersandung masalah hukum.
Aliansi itu berharap, restrukturisasi akan membuat pola kerja mereka menjadi lebih sistematis. Akan ada satu pabrikan yang memimpin mereka di lokasi tertentu dengan jenis penjualan model tertentu.
Baca Juga
"Rencana itu akan memiliki semangat positif, berdasarkan skema yang jelas dan saling melengkapi antar-perusahaan," kata seorang sumber yang dekat dengan Renault.
Renault berupaya mendapatkan pinjaman dari negara sebesar 5 miliar euro untuk bertahan di tengah pandemik. Sebagai imbalannya, pemerintah Prancis ingin Renault berinvestasi dalam kendaraan listrik, baterai dan teknologi lainnya untuk mendukung lapangan kerja di Prancis.
Sebelumnya, Ghosn ingin melakukan merger penuh antara Nissan dan Renault.
Ketua Aliansi Jean-Dominique Senard awal tahun ini mengatakan bahwa para pembuat mobil "tidak punya pilihan lain" selain memperdalam kerja sama, meskipun sumber-sumber aliansi senior mengatakan pembicaraan tentang merger penuh telah dibatalkan untuk saat ini.
Tunjuk Zutcliffe
Groupe Renault dan Nissan Motor Co. Ltd. menunjuk Mark Sutcliffe sebagai Wakil Presiden Senior Unit Bisnis Light Commercial Vehicle (LVC) di Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi, yang efektif mulai 1 Juni 2020.
Sutcliffe sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden senior Aliansi, untuk strategi industri dan manajemen rantai pasokan, sementara jabatan lainnya sebagai anggota komite manajemen Groupe Renault tidak berubah.
Dia akan melapor kepada Clotilde Delbos, Chief Executive Officer Renault SA untuk periode sementara, dan Makoto Uchida, Chief Executive Officer Nissan, kata Nissan dalam peryataan resmi, dikutip Rabu.
Lahir di Inggris pada 1964, Mark Sutcliffe belajar Teknik Listrik dan Elektronik di University of Newcastle di mana ia dianugerahi Beasiswa RW Mann. Dia bekerja di industri pengemasan konsumen untuk Metal Box Plc. sebelum bergabung dengan Nissan pada tahun 1991.
Dia memegang berbagai posisi dalam produksi, kualitas, teknik dan kontrol produksi di Nissan Sunderland Plant sebelum ditunjuk sebagai wakil presiden, manajemen rantai pasokan, dan pembelian Nissan Eropa pada 2007.
Mark Sutcliffe menjadi pemimpin pertama Aliansi Logistik Eropa pada tahun 2009.
Setelah 4 tahun di Industri Dirgantara sebagai Direktur Perencanaan dan Pengendalian Produksi untuk Rolls Royce Group, ia bergabung kembali dengan industri otomotif sebagai VP Renault Group Supply Chain dan menjadi wakil presiden rantai pasokan global Alliance pada 1 April 2014.
Mark Sutcliffe diangkat sebagai wakil presiden senior Aliansi untuk strategi industri dan manajemen rantai pasokan pada 1 April 2018.