Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia menyatakan pasar ban mengalami malaise pada tahun lalu. Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia, Azis Pane, mengatakan kelesuan ini terjadi lantaran melambatnya daya beli masyarakat pada 2019. Sayangnya Azis tidak memaparkan angka pasti dari total pasar ban mobil pada 2019.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 5,02 persen sepanjang 2019--melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 5,17 persen.
Kondisi itu antara lain disebabkan oleh pelambatan pertumbuhan konsumsi domestik. BPS mencatat tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia hanya tumbuh 4,97 persen pada kuartal IV/2019, lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,08 persen.
“Daya beli masyarakat kelihatannya lesu enggak terjadi peningkatan 2018 dan 2019. Stabil aja,” kata Azis kepada Bisnis, Kamis (20/2/2020).
Dia mengatakan, selain melambatnya konsumsi dan pertumbuhan ekonomi, banyaknya bencana yang terjadi pada 2019 juga menjadi faktor penahan laju pertumbuhan pasar ban mobil pada 2019.
Hal ini kemudian ditambah dengan panasnya kondisi politik nasional. Alhasil banyak pihak yang memilih untuk menahan pembelian. Hal itu berdampak pada permintaan pasar ban mobil.
Baca Juga
“Ini kalau sudah banjir kalau sudah adanya banjir dan longsor orang akan mengurangi penggunaan ban mobil dengan banyaknya longsor-longsor. Memamg terasa banget itu jadi pengaruh alam,” ujar Azis.
Malaise pasar ban mobil ini juga sejalan dengan kondisi pasar kendaraan roda empat pada 2019.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) kinerja pasar otomotif mengalami penurunan pada 2019 dibanding dengan tahun sebelumnnya. Tercatat, wholesales pada 2019 hanya sejumlah 1.030.126 turun 10,5 persen dibanding 2018 yang mencapai 1.151.308.