Bisnis.com, JAKARTA — Gaikindo menilai pertumbuhan nilai ekspor kendaraan dan bagiannya merupakan dampak dari meningatkanya permintaan kendaraan dari negara tujuan ekspor dan bertambahnya merek yang melakukan ekspor.
Ekspor kendaraan dan bagiannya diarahkan terus naik sejalan dengan upaya pemerintah mendekati para principal untuk menjadikan Indonesia basis manufaktur otomotif.
Jongkie D. Sugiato, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan peningkatan nilai ekspor sejalan dengan pertumbuhan ekspor kendaraan utuh dan teruarai Indonesia. Tahun 2019, bebeberapa merek baru juga ikut melakukan ekspor sehingga mampu mengangkat kinerja ekspor.
"Ekspor bagus karena memang permintaan di luar bagus itu kelihatan dari ekspor CBU [completely built-up/CBU] yang naik," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (15/1/2020).
Pada 2019 terdapat beberapa merek yang mulai melakukan ekspor seperti Honda, Wuling, DFSK dan Isuzu. Penambahan tiga merek itu membuat merek otomotif yang melakukan ekspor dari Indonesia sebanyak sembilan merek.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2019, nilai ekspor kendaraan dan bagiannya menyentuh US$8,16 miliar, naik 8,06% dibandingkan 2018. Sebaliknya, nilai impor kendaraan dan bagiannya dari US$8,06 miliar pada 2018 menjadi US$7,16 miliar pada 2019 atau melambat 11,25%.
Jongkie berpendapat penurunan nilai impor kendaraan dan bagiannya juga dipengaruhi oleh melambatnya pasar domestik. Penurunan nilai impor juga nampak dari jumlah impor CBU yang menurun.
Dia memperkirakan ada upaya serius merek domestik untuk meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sehingga mengurangi impor komponen.
"Saya tidak tahu persis angka TKDN masing-masing, tapi ada kemungkinan peningkatan TKDN," ujarnya.