Bisnis.com, JAKARTA - Teknologi hibrida pada e-Power yang diusung Nissan diklaim berbeda dengan teknologi hibrida pada umumnya. Mesin konvensional yang disematkan hanya berfungsi sebagai pengisi daya listrik baterai, bukan sebagai penggerak roda.
Jauhari Adzannis, Senior Manager R&D Nissan Motor Indonesia (NMI), mengatakan produk Nissan dengan teknologi e-Power adalah salah satu solusi tepat untuk peralihan antara mobil ICE (internal combustion engine) ke mobil listrik.
"Di Nissan e-Power masih tergolong hybrid tapi memiliki teknologi yang berbeda. Engine hanya untuk charge [baterai]. Teknologi ini menjadi jembatan yang pas dari mesin konvensional ke listrik. Apalagi infrastruktur pendukung seperti charging station belum banyak berdiri," ujarnya di Karawang, Senin (9/9/2019).
Menurutnya, keunggulan lain teknologi e-Power adalah selama mesin ICE berkubikasi 1.200 cc ini terisi bahan bakar, maka baterai mobil tidak akan habis.
"Kalau bensinnya full tank 40 liter maka kita bisa melaju sekitar 1.400 kilometer atau 1 liter berbanding 37 kilometer," imbuhnya.
Dengan bantuan mesin ICE sebagai pengisi daya baterai maka baterai di produk berteknologi e-Power relatif lebih kecil kapasitasnya yakni 1,5 kwh dibandingkan Nissan Leaf yang menggunakan baterai berkapasitas 40 kwh.
Produk Nissan berteknologi e-Power akan diboyong ke Indonesia pada tahun depan bersama Nissan Leaf. Namun, Isao Sekiguchi, President Director NMI masih merahasiakan model kendaraan tersebut. Sampai saat ini, Nissan mengenalkan teknologi e-Power melalui produk Nissan Note.