Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan Sienta terus tenggelam sejak diluncurkan pertama kali pada 2016. PT Toyota Astra Motor (TAM) pun belum berencana meremajakan model ini.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan (wholesales) model ini hanya mencapai 379 unit pada semester pertama tahun ini. Berada di kelas city car menjadi alasan semakin menyusutnya model yang pernah menjadi lawan Honda Freed ini.
Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) Franciscus Soerjopranoto mengatakan bahwa penjualan Sienta yang berjenis mobil perkotaan (city car) pasti tidak akan mampu menyamai penjualan mobil serba guna atau SUV (sport utility vehicle) seperti Avanza dan Rush. Pasalnya, dua model tersebut banyak menjadi pilihan masyarakat karena menjanjikan kenyamanan lebih untuk bepergian ke luar kota.
"Sienta itu city car atau multi activity car atau MAC, bukan MPV atau SUV. Kalau konsumen sudah membeli [Sienta] setelah diluncurkan, kira-kira mereka akan beli lagi [model yang sama] kalau tidak ada perubahan apa-apa?. Jadi perlu refreshment pada model-model seperti Sienta agar menarik minat konsumen lagi," ujarnya di Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Namun, pria yang akrab disapa Soerjo ini tak menyatakan bahwa ada rencana penyegaran pada Toyota Sienta.
"Kalau bicara penyegaran, tentu semua model Toyota tentu terus dipertimbangkan penyegarannya. Bukan hanya Avanza, Rush, atau Innova [yang diberi penyegaran]," katanya.
Soerjo mengatakan bahwa penjualan Sienta mulai stabil karena Toyota memiliki keunggulan di layanan purnajual. Pihaknya pun mampu mengatur stok di tingkat dealer sehingga harga model ini pun tetap stabil. Menurutnya, penjualan model ini jelas tidak akan menyamai produk andalan Toyota yakni Avanza.
Isu penyegaran Sienta pun semakin menguat setelah wajah baru model ini beredar di dunia maya. Ternyata, produk tersebut memang diproduksi Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tetapi bukan dipasarkan di Indonesia melainkan untuk diekspor ke Thailand.
Menanggapi hal tersebut Soerjo mengatakan bahwa produk yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan ekspor akan dipasarkan juga di dalam negeri.
"Tidak serta merta yang kita produksi untuk ekspor akan dipasarkan di Indonesia. Misalnya dulu ada Avanza [baru] di Malaysia, apakah akan diadopsi di Indonesia, jawaban saya kan tidak. Kita punya desainer yang mempertimbangkan [produk] spesifik untuk pasar Indonesia," ujarnya.