Bisnis.com, JAKARTA--Produsen kendaraan komersial mengaku siap meneguk bauran minyak nabati dan solar 30% (B30) yang rencananya berlaku pada 2020 mendatang. Saat ini, uji coba penggunaan B30 sedang dilakukan dan baru diketahui hasilnya pada akhir tahun ini.
Director Sales and Marketing PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors Duljatmono mengatakan, saat ini pemerintah bersama beberapa produsen kendaraan diesel termasuk Fuso tengah melakukan uji coba B30. Kendaraan yang digunakan ialah kendaraan yang dipasarkan saat ini alias masih standar Euro 2.
"Sekarang B20 masih sesuai dengan Euro 2, sedang uji coba B30, sedang dipersiapkan baru ngetes. [hasilnya] Mungkin semester kedua atau kuartal IV/2019. Pakai mobil yang ada cuma bahan bakarnya B30," ujarnya, baru-baru ini.
Duljatmono menjelaskan, Fuso belum bisa memprediksi modifikasi yang harus dilakukan untuk kendaraan supaya bisa menggunakan B30. Pasalnya, uji sedang dilakukan dan modifikasi kendaraan nantinya sangat tergantung pada hasil uji coba.
Dia menuturkan, dari pengamalam B20, Fuso kemudian menambah filter bahan bakar supaya kendaraan bisa menggunakan B20 dengan baik. Saat ini, kendaraan Fuso menggunakan dua filter bahan bakar sehingga proses pembakaran lebih baik.
"Dengan B20 tidak ada masalah, B30 belum tahu apa yang perlu kami sesuaikan. Detilnya saya harus nanya ke ahlinnya," paparnya.
Direktur Penjualan dan Promosi PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) Santiko Wardoyo mengatakan, untuk penggunaan B20 pada kendaraan Hino sejauh ini tidak ada masalah berarti. B20 memang menyebabkan penggantian filter solar yang lebih cepat dan konsumsi bahan bakar yang sedikit lebih boros.
"Filter solar yang biasanya 20.000 km sekarang 10.000 km, artinya filter lebih pendek life time-nya, pencampuran FAME ini mungkin perlu perhatian khusus supaya lebih baik," ujarnya.
Santiko menegaskan, Hino pada prinsipnya sangat mendukung program pemerintah untuk menggurangi impor bahan bakar dan menggunakan bauran minyak sawit di mana Indonesia merupakan produsen terbesar. Harapannya ke depan, pencampuran B30 menjadi lebih baik.
Dia menuturkan, baru-baru ini, Hino telah bertemu dengan Kemenperin dan arah pemerintah ialah mengembangkan green fuel yang juga merupakan produk turunan dari minyak sawit. Hino Motors siap untuk berpartisipasi untuk mendukung program pemerintah.
"Menurut informasinya, mixing B30 akan lebih baik. Yang pasti B20 atau B30 kan memanfaatkan produk kita, sehingga positif kita bisa kurangi impor BBM," tambahnya.
Adapun, green fuel merupakan bahan bakar yang diproduksi dari kilang bahan bakar ramah lingkungan sehingga diharapkan kualitas campuran akan lebih baik. Hal itu berbeda dengan B20 yang selama ini dicampur di tangki BBM.
Sebelumnya, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika menjelaskan, secara global terjadi kompetisi antara mobil listrik dan green fuel. Menurutnya, pengembangan green fuel di Indonesia tidak membutuhkan biaya yang besar dibandingkan dengan kendaraan listrik.
"Greenfuel engine atau flexi engine yang biayanya lebih murah, dan infrastruktur yang sekarang seperti pompa bensin itu bisa digunakan. Selain itu, kendaraan yang sekarang juga bisa digunakan," paparnya.