Bisnis.com, JAKARTA - Saham Tesla Inc (TSLA.O) merosot 5% pada Senin (2/4/2018) kemarin lantaran investor berharap-harap cemas menunggu angka produksi untuk Model 3, kendaraan murah yang menurut analis sangat penting untuk keuntungan jangka panjang produsen mobil listrik mewah ini.
Kecelakaan baru-baru ini yang melibatkan teknologi autopilot Tesla dan kekhawatiran tentang kemampuan perusahaan untuk meningkatkan modal baru juga membawa tekanan.
Tesla, yang didirikan oleh miliarder Elon Musk, menolak berkomentar mengenai angka produksi untuk Model 3, yang diharapkan akan dirilis pekan ini.
Saham secara cepat terpangkas setelah blog industri otomotif - mengutip memo yang belum diverifikasi - melaporkan bahwa produksi Model 3 melewati tingkat produksi 2.000 unit per minggu.
Angka tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan target Tesla 2.500 unit per minggu untuk akhir Maret tetapi jauh di atas capaian produksi pada pekan terakhir tahun lalu 793 unit.
"Musk sendiri memfokuskan waktu pada produksi Model 3 karena itu adalah prioritas tertinggi," kata juru bicara Tesla pada Senin (2/4/2018) seperti dikutip Reuters. Dikatakan bahwa Kepala Teknik Doug Field terfokus pada rekayasa kendaraan.
Baca Juga
Pernyataan perusahaan itu menyusul laporan bahwa Musk telah mengambil alih produksi Model 3 setelah beberapa tenggat waktu produksi yang terlewatkan.
Dalam serangkaian tweet, Musk mengaku telah meminta Field mengelola teknik dan produksi untuk lebih menyelaraskan kedua bisnis, setahun sebelumnya. "Sekarang, lebih baik untuk membagi dan menaklukkan, jadi saya kembali tidur di pabrik," dia.
Beberapa penguji sisi beli Tesla mempertanyakan apakah perusahaan dapat mempertahankan angka-angka tersebut - jika mereka terbukti benar - dan juga khawatir tentang profitabilitas.
"Ada sejumlah hal yang dikombinasikan untuk memengaruhi saham," kata Tony Boase, analis riset senior dari Nuveen Asset Management di Minneapolis. Selain tingkat produksi Model 3, ia mengutip penurunan peringkat kredit Tesla baru-baru ini oleh Moody dan jatuhnya Tesla Model X serta komentar perusahaan sejak kecelakaan itu.
"Itu turun ke Model 3. Itu kuncinya," kata Boase. “Jika mereka dapat secara menguntungkan membangun mobil-mobil itu akan menjadi langkah besar ke arah yang benar. “Jika Anda tidak dapat melakukannya (2.000) tanpa menggunakan semua sumber daya dan pada tingkat margin yang layak, apa yang telah Anda capai?” tambahnya.
Investor lain yang mengatakan ia telah menjual saham Tesla empat kali dalam 18 bulan terakhir juga skeptis. "Apakah mereka benar-benar di 2.000 atau apakah hanya sistem upaya mencapai 2.000 untuk minggu lalu?" kata David Kudla, Kepala Eksekutif dan Kepala Strategi Investasi Mainstay Capital Management.
Dia mengatakan saat ini tidak memiliki taruhan pada Tesla. “Satu-satunya posisi yang saya miliki adalah short karena mereka tidak menghasilkan uang. Kerugian operasional mereka bertambah. Saham telah dinilai terlalu tinggi selama berbulan-bulan,” katanya.
Tesla mengatakan pada Jumat bahwa Model X yang terlibat dalam kecelakaan fatal di California pekan lalu telah mengaktifkan sistem Autopilotnya, memunculkan pertanyaan baru tentang sistem semi-otonom yang menangani beberapa tugas mengemudi.
Saham Tesla ditutup turun US$13,65 menjadi US$$252,48 pada Senin, setelah sebelumnya mencapai level terendah dalam lebih dari setahun. Sejauh ini pada 2018, saham turun 19%, pada saat saham teknologi telah tertekan terutama karena harga saham jatuh di seluruh papan.
Tesla mengatakan memiliki sekitar 500.000 pemesanan awal dari pelanggan untuk Model 3, tetapi kemacetan manufaktur sejak Juli lalu telah menunda produksi dan pengiriman ke pelanggan, memperburuk kebutuhan perusahaan akan uang tunai.
Kegagalan untuk memenuhi target dan tekanan pada pendanaan mendorong penurunan peringkat Moody minggu lalu, mengatakan bahwa Tesla kemungkinan akan mengumpulkan modal baru lebih dari US$2 miliar, sebagian untuk menutupi sekitar US$1,2 miliar obligasi konversi yang jatuh tempo pada Maret 2019.
Tesla masih memiliki investor yang setia, termasuk Zevenbergen Capital Investments di Seattle, yang telah memiliki saham sejak penawaran umum perdana perusahaan.
“Secara historis, volatilitas telah memberikan titik masuk yang baik. Melihat hari ini kami percaya bahwa prospek permintaan tetap kuat dan tidak berubah,” kata Joseph Dennison, Manajer Portofolio di Zevenbergen. “Saya masih mempercayai target dan pandangan produk mereka yang telah mereka berikan di masa lalu. Meskipun mereka optimis pada waktu yang selalu mereka ikuti.”