Bisnis.com, JAKARTA - Program vokasi dinilai menjadi cara tepat yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sekaligus meminimalisasi arus penggunaan pekerja asing di dunia industri, termasuk sektor kendaraan bermotor.
Menteri Perindustrian Airlangga Hatarto mengatakan meningkatnya kebutuhan industri terhadap tenaga kerja terampil telah disikapi oleh pemerintah dengan berbagai langkah, termasuk vokasi.
"Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang semakin meningkat, perlu diantisipasi dengan pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar kerja," kata dia.
Pada 2019, pemerintah menargetkan program pendidikan vokasi industri diikuti oleh sebanyak 1.775 sekolah menengah kejuruan (SMK) dan 355 industri dengan jumlah lulusan tersertifikasi yang dihasilkan mencapai 845.000 orang.
Sebagai tindak lanjutnya, telah dilakukan penyelarasan kurikulum dan silabus sesuai dengan kebutuhan industri, serta penyusunan modul pembelajaran untuk 25 kompetensi keahlian bidang industri.
"Kami fokus menyiapkan ketersediaan tenaga kerja lokal yang kompeten karena menjadi sebuah prasyarat untuk mendorong peningkatan produktitivas industri nasional," ujarnya.
Pekerjaan rumah pemerintah di sektor ketenagakerjaan memang cukup berat. Setiap tahun, sebanyak 2 juta angkatan kerja baru tercipta. Namun dari jumlah tersebut mayoritas masih berpendidikan rendah dan termasuk kategori pekerja tidak terampil.
Baca Juga
Direktur Administrasi, Corporate dan External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam mengatakan dari 2 juta angkatan kerja baru itu 400.000 diantaranya harus terlibat dalam pendidikan vokasi.
"Pemerintah sendiri baru mencanangkan 1 juta dalam 3 tahun. Tapi ini tetap harus dikawal supaya sukses karena memang tantangannya sangat berat," katanya.
Di sisi lain, banyaknya pekerja yang terampil juga akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja asing. Selama ini, pemerintah memang mengizinkan penggunaan pekerja asing untuk beberapa posisi.
Tujuannya untuk melakukan transfer ilmu sehingga posisi tersebut kemudian bisa diisi oleh pekerja lokal. Terkait hal ini, menurut Bob otomotif menjadi sektor industri yang berhasil. Namun dia mencatat, penggunaan SDM asing masih marak untuk rantai pasok industri otomotif.
"Untuk pekerja asing paling hanya jajaran pemegang saham. Kalau untuk tingkatan teknis semua sudah pekerja lokal. Rantai pasok itu yang perlu diperbanyak keterlibatan SDM lokal," ujarnya.
Transfer ilmu memang selalu menjadi andalan perusahaan untuk mendistribusikan posisi dari pekerja asing ke pekerja lokal. Namun setelah adanya program vokasi, transfer ilmu akan lebih mudah.
Pengajar hanya tinggal meberikan pelatihan kepada peserta terkait dengan sektor yang dipelajari. Yang menjadi tugas pemerintah selanjutnya adalah memberi training pada pelatih program vokasi itu sendiri.