Bisnis.com, JAKARTA - Industri otomotif di Amerika Serikat diproyeksikan akan mengalami perlambatan penjualan tahunan dari rekor sebelumnya yang mencatat hingga 16,7 juta unit menjadi 16,6 juta unit di tengah bergesernya preferensi konsumen terhadap model SUV serta menurunnya harga mobil bekas.
Kondisi tersebut juga turut dipicu oleh merosotnya penjualan sejumlah model seperti Ford Fussion yang anjlok 37%, kemudian Chevrolet Malibu yang mencatat penurunan penjualan hingga 36%, dan penjualan model Toyota Prius yang turut turun sebesar 29%.
Sejumlah potongan harga (diskon) yang ditawarkan para produsen otomotif dinilai gagal mendongkrak permintaan sejumlah model seperti yang terjadi pada Chevrolet Malibu dan Ford Fussion. Selain itu, bergesernya preferensi konsumen ke model SUV turut menekan penjualan model sedan Toyota Prius.
“Kondisi pelambatan ini diprediksi terjadi sementara,” ungkap David Whiston, seorang analis di Morningstar Inc. “Itu bukanlah hal yang mengejutkan,” tambahnya, Selasa (4/4/2017).
Sebaliknya, penjualan model crossover termasuk Chevrolet Equinox dan Ford Ecape tercatat melonjak 11%. Model SUV mampu menjaga penjualan yang stabil di tengah turunnya harga bahan bakar, efisiensi mesin, serta luasnya kapasitas penumpang yang menjadi daya tarik bagi para konsumen.
Dengan rata-rata harga jual lebih dari US$38 ribu, biaya produksi sebuah model truk atau SUV mencapai US$10.000 lebih tinggi dibandingkan model sedan.
Meski demikian, sebuah perusahaan konsultan di bidang industry research mengungkapkan bahwa perlu lebih banyak nilai insentif untuk menjaga penjualan (model SUV) terus naik.
Tekan Laba
Tentu saja, buruknya performa penjualan tersebut turut menarik turun saham sejumlah perusahaan otomotif terkemuka seperti Toyota Motor Corp yang tergelincir 1,2% serta Nissan Motor Co dan Honda Motor Co yang sama-sama turun 2,5% dalam perdagangan di bursa Tokyo.
Tidak hanya itu, merosotnya penjualan tersebut juga diperkirakan akan menekan perolehan laba dikarenakan para produsen otomotif memangkas jumlah produksi. Kondisi ini akan menjadi waktu yang berat bagi Presiden AS Donald Trump yang menginginkan investasi baru meski tingkat kepercayaan konsumen sangat kuat serta angka pengangguran dinilai rendah.
General Motors Co. telah memangkas produksinya sejak akhir tahun lalu di pabrik miliknya di Michigan dan Ohio yang berdampak pada pemutusan kerja lebih dari 3 ribu pegawai. Selain itu, di Januari lalu, Ford mengungkapkan pembatalan rencananya untuk membangun pabrik senilai US$1,6 miliar di Meksiko setelah keputusannya untuk tidak meningkatkan jumlah produksi model Ford Focus.
“Kita tidak akan melihat pabrik baru di AS,” ungkap Mark Wakefield, seorang analis di perusahaan konsultan Alix Partners.