Bisnis.com, LONDON - Produsen mobil mewah asal Inggris Aston Martin melaporkan meningkatnya kerugian perusahaan atau gagalnya upaya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan setelah beberapa tahun.
Namun, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (26/2/2017), perusahaan mengklaim peluncuran model baru DB11 sejak restrukturiasai berdampak pada melonjaknya kinerja penjualan.
Perusahaan itu mengatakan kerugian sebelum pajak yang mencapai sekitar US$200 juta lebih disebabkan karena dampak dari fluktuasinya nilai tukar mata uang pound. Namun penjualan perusahaan melonjak hampir 50% pada kuartal terakhir tahun lalu.
Secara total, penjualan Aston Martin pada tahun lalu mengalami kenaikan tipis yakni sebesar 1,9% menjadi sebanyak 3.687 unit. Capaian itu masih tertinggal dari sejumlah rivalnya seperti Ferrari dan McLaren.
Aston Martin telah membangun pabrik baru di kawasan Wales sebagai bagian dari investasi senilai 200 juta pound atau setara dengan US$250 juta untuk meningkatkan jangkauan model crossover SUV baru, DBX.