Bisnis.com, JAKARTA—Emiten produsen komponen otomotif PT Astra Otoparts Tbk memperbesar kontribusi penjualan produk after market pada 2016 menjadi 50% dari tahun lalu yang sekitar 45%.
Presiden Direktur Astra Otoparts Hamdani Dzulkarnaen Salim mengatakan, bertambahnya kontribusi tersebut diharapkan dapat lebih menopang kinerja pihaknya tahun ini. Maklum saja, emiten berkode saham AUTO tersebut ikut terkena imbas pelemahan pasar otomotif dalam kurun dua tahun terakhir.
Sebabnya, di tahun-tahun sebelumnya anak usaha PT Astra International Tbk. itu lebih mengandalkan pasar original equipment manufactuer (OEM). Pasar komponen OEM sangat bergantung pada penjualan mobil baru.
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil tahun lalu mencapai 1,03 juta unit. Jumlah itu menurun dari 2014 yang mencapai 2,08 juta unit.
Penjualan pada 2014 pun merosot jika dibandingkan total pasar pada 2013 yang mencapai 1,229 juta unit. Pun demikian dengan pasar sepeda motor. Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat, penjualan tahun lalu hanya 6,48 juta unit. Jumlah itu menurun dari raihan pada 2014 yang mencapai 7,8 juta unit.
Di sisi lain, Hamdani memperkirakan tahun ini pasar otomotif tidak akan bergerak banyak dari tahun lalu. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat belum pulih.
“Tahun ini perbandingan after market dan OEM 50:50, tahun lalu 55% ke OEM, 45% ke after market. Kami memperbesar after market karena kami menyasar konsumen mobil yang beli dua tiga tahun sebelumnya yang mencari komponen baru saat ini,” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (11/2/2016).
Adapun untuk after market tersebut pihaknya membagi menjadi tiga pasar. Pertama, domestic distribustion yang disokong sekitar 12.000 retailer di seluruh Indonesia. Kedua, ekspor yang mencakup 40 negara. Khusus ekspor, dalam setahun perseroan berusaha menambah minimal 1 hingga 2 negara tujuan baru.
“Nambah negara tidak mudah karena bersaing dengan pabrikan dari seluruh dunia selain itu harus sesuai standar di negara itu,” terangnya.
Saat ini, negara tujuan ekspor paling besar ada di kawasan Asia dan Timur Tengah. Hal ini mengingat mayoritas ekspor mobil Grup Astra ke kawasan tersebut. Ketiga , direct retail dengan jumlah sekitar 360 toko yang sebagian besar tersebar di Jawa dan Bali.
Hamdani mengatakan, mengingat pasar otomotif yang belum kembali trengginas, pihaknya tidak akan ekspansif dalam menambah jaringan. Pihaknya akan berusaha intensif menambah jumlah produk komponen baru serta meningkatkan standar pelayanan untuk menggenjot penjualan.
Dari ketiga pasar after market tersebut, ekspor AUTO berkontribusi sekitar 10%. Selain itu, untuk mendongkrak kinerja ke depan, AUTO pun gencar menyasar pasar OEM untuk produk ekspor. Hal ini disebabkan ekspor otomotif dari Indonesia yang setiap tahun konsisten bertumbuh.
“Dalam hal ini kita diuntungkan MEA,” ujarnya.
Ditanyai perihal target revenue tahun ini menurutnya akan stagnan dari tahun lalu. Namun dia enggan menyebut pendapatan bersih perseroan pada 2015, menurutnya capaiannya lebih kecil dari tahun sebelumnya.
Menilik laporan keuangan AUTO, pendapatan bersih pada Januari-September 2015 hanya Rp8,7 triliun, menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp9,2 triliun. Begitu pula laba perseoran hanya Rp179 miliar pada Sembilan bulan di tahun lalu, sedangkan kurun waktu yang sama pada 2014 Rp641 miliar.
Perihal belanja modal, dia menyebut perseroan menargetkan di bawah Rp2 triliun. Jumlah itu lebih kecil dari belanja modal 2015 yang mencapai Rp3 triliun.
“Untuk belanja modal kami akan lihat keadaan saat ini, jika harus memproduksi model baru biasanya ada alat produksi baru. Kalaupun nambah kapasitas produksi itu untuk ekspor,” tuturnya. Saat ini AUTO ditopang 53 perusahaan pemasok.