Bisnis.com, JAKARTA--Produsen kendaraan roda empat lokal yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotive Nusantara merasa kecewa jika pemerintah benar-benar merintis mobil nasional melalui kerja sama dengan Proton Holding Bhd asal Malaysia.
Ketua Asosiasi Industri Automotive Nusantara (Asianusa) mengatakan bahwa pengalaman Mobnas Timor pada masa lalu harus jadi pelajaran berarti bila pemerintah merencanakan kembali Mobnas. Pasalnya, menurutnya, jika pemerintah memaksa menghadirkan mobil nasional (Mobnas), kini situasi pasar dan industri kini telah berubah.
“Apakah dapat kebijakan Mobnas bisa mendapat monopoli dengan kekhususan mendapatkan bebas bea masuk impor, dan bebas pajak saat ini,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Minggu (8/2/2014).
Anehnya lagi, Ibnu mempertanyakan andaikata pemerintah ingin menggagas Mobnas, saat ini telah banyak pemain lokal yang telah memproduksi dan memasarkan berbagai produk mobil, namun tidak mendapat dukungan pemerintah. “Kalau kerjasama dengan Proton itu, saya simpulkan hanya menciptakan APM baru lagi, bukan Mobnas.”
Merek otomotif lokal yang bernaung di bawah bendera Asianusa yaitu Fin Komodo, Tawon, GEA, Wakaba, Boneo, Kancil, dan mesin ITM. Persoalannya, hingga saat ini pasar mobil buatan lokal itu terus terdesak.
Sebagaimana diberitakan Bisnis.com beberapa waktu lalu, program low cost green car (LCGC) yang diikuti berbagai merek Jepang telah merebut pangsa produsen lokal merek Tawon dan GEA dengan mesin kurang dari 650 cc yang dipasarkan sejak 2009. Hingga, menurut Ibnu, produsen lokal secara keseluruhan kewalahan hanya untuk menjual seratus unit per tahun.
Terkait wacana Mobnas yang kembali menggelinding, diawali dengan adanya perjanjian kerjasama PT Adiperkasa Citra Lestari dibawahi AM Hendropriyono dengan Proton Holding Bhd yang berbarengan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Malaysia mencuatkan kembali isu mobil nasional (Mobnas).