Bisnis.com, JAKARTA—Bus bertenaga listrik dinilai sebagai subtitutor yang tepat bagi angkutan umum dengan rute khusus point to point seperti Transjakarta.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan selain berbasis listrk, bus berbahan bakar gas (BBG) juga cocok untuk digunakan sebagai armada angkutan umum dengan lajur khusus.
“Karena infrastruktur pengisian listrik dan BBG belum [menyeluruh] jadi bus seperti ini cocok untuk angkutan point to point, yakni yang punya jalur tetap,” tuturnya seusai Pameran Produk Industri Permesinan dan Alat Transportasi di Jakarta, Selasa (9/9/2014).
Dengan trayek yang bersifat point to point, memiliki lajur khusus, dan berhenti di halte pengumpan tertentu, sehingga minimnya infrastrktur stasiun pengisian bahan bakar bisa disiasati. Pasalnya jarak tempuh bus sudah pasti, sehingga konsumsi listrik atau gasnya terukur.
Namun, kendaraan bertenaga listrik dan gas digunakan sebagai taksi sulit direalisasikan. Pasalnya taksi tidak memiliki rute khusus dan jarak tempuhnya tak bisa dipastikan. Kelangkaan infrastruktur pengisian bahan bakar gas dan listik akan jadi masalah dalam operasional harian.
“Kendaraan listrik dan gas lebih implementable sebagai bus atau angkutan dengan trayek tertentu. Kita sudah bisa buat bus listrik, tinggal pemerintah daerah saja yang mau atau tidak,” ujar Budi.