Bisnis.com, JAKARTA--Lembaga riset global Frost & Sullivan meyakini pasar mobil hemat bahan bakar (green car) di Asean bakal tumbuh 15% - 20% hingga 2017. Penerapan program ini diharapkan bisa memperluas kesempatan untuk memperkuat diri sebagai basis produksi ekspor.
Frost & Sullivan mencatat ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan permintaan mobil hemat bensindi Asean, salah satunya ancaman bengkaknya volume impor bahan bakar minyak (BBM). Pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi kenaikan rasio motorisasi melalui pembelian kendaraan baru.
Masaki Honda, Consulting Director Automotive & Transportation Asia Pasific Frost & Sullivan, mengatakan Thailand, Indonesia, dan Malaysia memiliki program green car dengan landasan kebijakan yang berbeda-beda.
"Pasar domestik Thailand terbatas, jadi butuh dorongan kuat dari pemerintah [untuk menggenjot penjualan eco-car] berupa potongan harga untuk first car buyer," ujar Honda, di Jakarta, Senin (23/6/2014).
Tapi, pasar Indonesia bertumbuh secara alami sejalan besarnya market domestik dan kenaikan daya beli masyarakat.
Eco-car ala Thailand fokus meningkatkan kinerja ekspor industri otomotif di negara itu. Pemerintah setempat menetapkan alokasi penjualan ke dalam negeri dan ekspor berbanding 30:70. Energy Efficent Vehicles (EEVs) di Negeri Jiran lebih kepada upaya pengalihan pemakaian mesin kendaraan konvensional ke produk berteknologi tinggi, seperti hibrida.
Program kendaraan bermotor hemat bahan bakar dan harga terjangkau (KBH2) yang digagas pemerintah RI dinilai lebih berkonsentrasi kepada pasar domestik. Guna merangsang minat beli konsumen diberikan plafon nilai sebelum pajak sehingga harga jual relatif terjangkau.