Bisnis.com, JAKARTA—Bukan hanya penjualan otomotif ke dalam dan luar negeri saja yang menunjukkan pertumbuhan pesat pada September 2013. Kapasitas produksi juga terbang tinggi meninggalkan bulan-bulan terdahulu.
Pengamat dan pemerhati otomotif senior Suhari Sargo menilai kinerja industri otomotif nasional yang melejit selama bulan lalu besar kemungkinan tidak berlanjut. Artinya, Kuartal IV/2013 berpotensi mengalami penurunan permintaan karena konsumen sudah menggelontorkan uangnya pada kuartal III/2013.
"Permintaan kendaraan itu biasanya ada siklusnya. Biasanya pada awal tahun agak kendor dan begitu juga pada [kuartal] akhir. Karena sejak musim lebaran kemarin sudah banyak pembelian," katanya kepada Bisnis, Senin (28/10/2013).
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat produksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih mencapai 111.626 unit pada bulan lalu. Ada 2 segmen utama yang mendorong peningkatan volume produksi, yakni tipe 4x2 dan mobil ramah lingkungan berharga terjangkau maksimal 1.200 cc.
Produksi kendaraan dengan gardan penggerak dua roda (4x2) berjumlah 79.968 unit setara 71,64% dari total produksi September. Sedangkan mobil murah sekitar 4.541 unit atau sekitar 4,06%.
"Kapasitas produksi itu sudah ditentukan oleh masing-masing ATPM sesuai permintaan pasar. Dengan [pertumbuhan pesat pada bulan lalu] ATPM tidak sampai lembur berarti mereka punya kapasitas cukup plus cadangan kalau ada lonjakan permintaan," tutur Suhari.
Realisasi produksi otomotif September tumbuh 44,37% dibandingkan perolehan Agustus sebanyak 77.319 unit. Selama 9 bulan pertama tahun ini Gaikindo mencatat produksi mobil di dalam negeri mencapai 882.009 unit.
Ada lima tipe kendaraan yang masuk dalam pencatatan produksi versi Gaikindo, selain 4x2 dan mobil ramah lingkungan harga terjangkau (LCGC). Produksi tipe sedan sejumlah 221 unit sementara kendaraan bergardan penggerak empat roda (4x4) mencapai 2.591 unit.
adapun produksi bus dan pikap/truk masing-masing sebanyak 294 unit dan 24.011 unit. Tapi untuk tipe kendaraan berkabin ganda sepanjang Januari - September produksinya nihil.
Suhari berpendapat kendati industri otomotif kedatangan pemain baru, LCGC, tapi tren jelang akhir tahun akan tetap redup.
"Jelang akhir tahun biasanya prinsipal otomotif tahan diri keluarkan produk baru untuk tahun depan. Sekarang habiskan stok yang ada dulu," ucapnya.
Sejak awal tahun produksi otomotif di dalam negeri mencapai 882.009 unit. Kontribusi terbesar datang dari tipe mobil 4x2 sebesar 72,9% atau 642.647 unit. Setelahnya adalah pikap/truk 209.129 unit setara 23,7% dan disusul kendaraan 4x4 sejumlah 18.477 unit atau 2,1%.
Empat posisi terakhir ditempati LCGC dengan pangsa pasar sekitar 0,5% setara 4.565 unit. Dilanjutkan dengan bus dan sedan masing-masing berkontribusi 0,4% dengan volume produksi 3.462 unit dan 3.729 unit. Sedangkan tipe kabin ganda belum diproduksi.
Tak bisa dipungkiri peningkatan kapasitas produksi otomotif di dalam negeri jelas terdongkrak produk LCGC. Bahkan, penjualan dari pabrikan ke diler (wholesales) pada September melonjak hingga 13.984 unit dari Agustus 2.832 unit, terdorong penjualan mobil murah 8.500 unit.
Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Johnny Darmawan berpendapat keberadaan LCGC pasti akan menambah kapasitas produksi otomotif. Sebab, produk ini wajib dibuat di dalam negeri dengan kandungan komponen lokal hingga 85%.
"Kalau semua diproduksi di Indonesia maka kita bisa ekspor keluar dan itu akan menambah kesempatan bekerja, investasi, serta volume ekspor," ujarnya yang juga menjabat Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM).
Kementerian Perindustrian menyatakan kegiatan produksi mobil murah akan mendongkrak daya saing industri komponen otomotif lokal. Program ini harus dilakukan mulai 2013 guna mengantisipasi kompetisi pasar otomotif di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi mengatakan basis produksi LCGC di dalam negeri disiapkan untuk menggantikan mobil impor sejenis. Program ini juga bisa mengundang lebih banyak investor asing menanamkan modal dengan menggandeng produsen lokal.
"Ini mendorong potensi produsen lokal dengan menggandeng pengusaha otomotif lokal untuk penggunaan komponen yang tidak mengusung teknologi tinggi," ucapnya.