Bisnis.com, JAKARTA-- Populasi mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) dikhawatirkan bakal memperpadat ruas jalan terutama di kota besar. Pasalnnya, program LCGC tak disertai pembangunan infrastruktur transportasi besar-besaran, baik perluasan jalan maupun perbaikan sarana transportasi publik.
Untuk meratakan sebaran LCGC, pemerintah meminta para produsen mobil tidak cuma fokus memasarkan produknya di kota-kota besar. Promosi harus menyentuh berbagai daerah di luar Pulau Jawa.
Praktisi dan pemerhati senior otomotif Suhari Sargo, apa yang dikemukakan pemerintah ibarat tong kosong diketuk nyaring. Kendati pemasaran LCGC disebarluaskan ke berbagai daerah tetap saja populasi di ulau Jawa semakin bengkak.
"Bukannya menentang sepenuhnya program LCGC ini tapi sebaiknya jika dikaitkan dengan MP3EI, cocoknya mobil murah itu untuk daerah [di luar Jawa]. Agar masyarakat di sana memiliki daya beli terhadap LCGC maka ekonomi harus digerakkan," ucapnya kepada Bisnis, Kamis (19/9/2013).
Selain itu, pemerintah menggaungkan LCGC bakal mendongkrak perekonomian Indonesia karena basis produksinya berada di sini. Tapi, Suhari mencermati adanya kekopongan dalam rantai struktur industri. Masalahnya, Indonesia belum memiliki pabrik baja untuk pelat bodi kendaraan tapi langsung konsentrasi pada manufaktur mobil murah.
"Bayangkan, panjang jalan di Thailand sudah lebih dari 800 km per 1 juta penduduk, Korea 1.000 km, dan Jepang 8.800 km per 1 juta penduduk. Tapi Indonesia cuma 160 km per 1 juta penduduk," ucap Suhari. (ltc)