Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Oktan Tinggi, Mobil Murah Harus Pakai BBM Nonsubsidi

Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan agen tunggal pemegang merek menegaskan bahwa mobil murah dan hemat energi wajib menggunakan bahan bakar bakar nonsubsidi. Pasalnya mesin mobil murah dan hemat energi disesuaikan dengan kandungan bahan bakar yang memiliki

Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan agen tunggal pemegang merek menegaskan bahwa mobil murah dan hemat energi wajib menggunakan bahan bakar bakar nonsubsidi. Pasalnya mesin mobil murah dan hemat energi disesuaikan dengan kandungan bahan bakar yang memiliki nilai oktan di atas 91.

Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy menerangkan kewajiban menggunakan bahan bakar non subsidi untuk produk mobil murah dan hemat energi karena mesin yang dirancang untuk produk mobil ini khusus untuk kualitas kandungan oktan yang tinggi.

“Mobil murah dan hemat energi menggunakan bahan bakar dengan kandungan oktannya lebih tinggi diatas 91 hingga 92 disesuaikan dengan penggunaan di Indonesia, ungkapnya saat dihubungi, Minggu (15/9).

Di sisi lain, ungkapnya, dengan menggunakan bahan bakar non subsidi maka kalangan atpm mendukung kebijakan Pemerintah agar semua pengguna kendaraan mobil murah bisa menggunakan bahan bakar non subsisi.

Jonfis beralasan bahwa adanya tingkat kemampuan untuk membeli mobil murah dan hemat energi berarti konsumen pembeli mobil merupakan kalangan mampu yang tidak perlu lagi menggunakan bahan bakar subsidi.

Selain itu, sambungnya, kapasitas mesin yang disesuaikan dengan kandungan oktan yang tinggi, pengguna kendaraan juga harus memperhatikan hal tersebut. Menurutnya hal ini sangat penting akibat pengaruhnya yang besar bagi mesin yang digunakan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Soedaryatmo menerangkan penggunaan bahan bakar non subsidi dengan oktan yang tinggi pada mobil murah dan hemat energi merupakan perihal yang kontradiktif untuk konsumen pengguna.

Menurutnya, Pemerintah dan atpm mengeluarkan peraturan yang isinya memudahkan kalangan pembeli mobil pertama atau kalangan kelas menengah untuk mendapatkan mobil. Namun, sambungnya, dalam pelaksanaan konsumen pembeli pertama harus merogoh kocek lebih besar untuk biaya operasional khusus bahan bakar.

“Jadi Pemerintah harus mempertimbangkan hal ini sehingga konsumen jangan cuman beli mobil murah tetapi mahal dioperasional. Ini sifatnya paradoks,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper