Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate 7%, Bunga Kredit Kendaraan Naik

Bisnis.com, JAKARTA—Pengaruh penaikan Bank Indonesia (BI) rate 50 basis poin (bps) menjadi 7% mendorong suku bunga kredit kendaraan bermotor ikut melonjak.

Bisnis.com, JAKARTA—Pengaruh penaikan Bank Indonesia (BI) rate 50 basis poin (bps) menjadi 7% mendorong suku bunga kredit kendaraan bermotor ikut melonjak.

Chief Executive Officer Astra Credit Companies (ACC) Jodjana Jody menyatakan penaikan bunga kredit kendaraan tinggal menunggu waktu.

"Naiknya BI rate tak bisa dihindari suku bunga kredit pun akan naik karena sumber pendanaan kita, baik dari bank maupun dari luar negeri dalam dolar, ikut kena goncangan," katanya kepada Bisnis, Sabtu (31/8/2013).

Penaikan landing rate (suku bunga kredit) berpotensi membuat kredit kepemilikan mobil (KPM) melambat. Sebab, konsumen yang ingin membeli kendaraan baru akan berhitung ulang sehingga permintaan KPM kemungkinan turun.

Persentase penaikan landing rate yang akan dilakukan perusahaan pembiayaan milik Grup Astra itu sekitar 0,5%. Sebelumnya bunga kredit sebesar 13,5% bakal naik menjadi 14%.

Saat ini, KPM berkontribusi sekitar 65% terhadap keseluruhan bisnis ACC. Sisanya berasal dari kredit kendaraan bekas, alat berat, dan leasing. Sepanjang 2013, ACC mematok penyaluran kredit sebesar Rp24 triliun - Rp25 triliun.

"Sampai Juli baru terealisasi Rp15,7 triliun. Kita akan coba mencapai target walaupun perkembangan ekonomi tidak begitu menguntungkan. Kami berharap ajang IIMS pada September bisa merangsang pembelian mobil baru," tutur Jodjana.

Menurutnya, dengan kondisi perekonomian dalam negeri beserta kebijakan-kebijakan yang ditelurkan pemerintah besar kemungkinan pada akhirnya agen tunggal pemegang merek (ATPM) bakal menaikkan harga jual kendaraan.

Kondisi tersebut bisa mempengaruhi kinerja industri pembiayaan di dalam negeri. Untuk itu, ACC berharap pemerintah menelurkan kebijakan baru yang bisa memudahkan kinerja bisnis perusahaan pembiayaan.

"Ada dua hal negatif yang akan pengaruhi industri pembiayaan, pertma harga kendaraan naik kedua potensi BI rate naik lagi," ujar Jodjana.

Di sisi lain, penaikan BI rate dilakukan untuk mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai tukar rupiah, serta menekan penurunan defisit transaksi berjalan.

Sejauh ini, dua merek utama di segmen upper MPV (multi-purpose vehicle kelas atas), yakni Nissan Serena, Toyota Alphard, dan Toyota Nav-1 belum mengoreksi harga jual kendaraan.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Rahmat Samulo mengatakan Alphard tetap di kisaran Rp800 juta hingga >Rp1 miliar per unit sedangkan Nav-1 sekitar Rp400 juta per unit.

"Tren di September kami harus lihat dulu nanti. Karena bulan depan banyak yang harus diperhatikan seperti situasi ekonomi lantaran suku bunga naik, inflasi, efek kenaikan harga BBM, semua baru terasa bulan depan," ujarnya.

General Manager Marketing & Communication PT Nissan Motor Indonesia Indriani Hadiwijaya berpendapat penaikkan harga jual mobil tidak bisa dilakukan seketika. Karena harus mempertimbangkan dampaknya terhadap daya serap pasar.

"Tentunya banyak pertimbangan yang harus kita lakukan sebelum mengoreksi harga. September kami berharap pasar membaik didukung adanya Indonesia International Motor Show," tutur Indriani.

Head of Corporate Communication BMW Indonesia Jodie Otania menyatakan pihaknya juga belum berencana menaikkan harga jual kendaraan kendati ada rencana pemerintah untuk menambah pajak impor mobil mewah.

"Untuk periode sampak akhir tahun ini tidak ada rencana penaikan harga dari produk BMW," katanya.

Pasar keuangan yang loyo menyusul depresiasi mata uang menempatkan rupiah sebagai mata uang ketiga terburuk di Asia selain yen dan rupee. Bloomberg mencatat total pelemahannya 9,18% (year to date) hingga pekan ketiga Agustus 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper