Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Harga Pabrikan Mobil Listrik China Bikin Konsumen Meradang

Perang harga mobil listrik di GIIAS 2025 dipicu oleh peluncuran BYD Atto 1 dengan harga di bawah Rp200 juta. Konsumen Wuling Binguo EV meradang akibat penurunan harga drastis, menuntut kompensasi. Gaikindo khawatir dampaknya pada industri otomotif.
Aprianus Doni Tolok,Rizqi Rajendra
Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:50
Pengunjung memadati ruang pamer mobil saat berlangsungnya acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (25/7/2025)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memadati ruang pamer mobil saat berlangsungnya acara Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (25/7/2025)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • BYD Atto 1 memicu 'perang harga' di pasar mobil listrik Indonesia dengan harga di bawah Rp200 juta, mengancam segmen low cost green car (LCGC).
  • Konsumen Wuling Binguo EV merasa dirugikan akibat penurunan harga drastis dan menuntut kompensasi, sementara Wuling memberikan klarifikasi terkait insentif dan program khusus.
  • Gaikindo mengkhawatirkan dampak negatif 'perang harga' terhadap industri otomotif Indonesia yang sudah stagnan, dan menekankan pentingnya menjaga stabilitas pasar.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Isu 'perang harga' mobil listrik di Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2025 masih menjadi topik hangat di tengah masyarakat.

Mobil listrik BYD Atto 1 yang resmi meluncur di gelaran tersebut oleh beberapa pihak dianggap sebagai 'biang kerok' memuncaknya 'perang harga' di antara para pabrikan otomotif. 

Keputusan BYD membanderol Atto 1 dengan harga di bawah Rp200 juta menggemparkan pasar otomotif. Alih-alih menjadi pesaing mobil listrik yang sudah ada, BYD Atto 1 justru dianggap menjadi kompetitor baru di segmen mobil berbiaya murah atau low cost green car (LCGC). 

Adapun, selama pola pembelian mobil pertama konsumen Indonesia menyasar LCGC. Alhasil, keberadaan BYD Atto 1 dianggap menjadi 'game changer' yang bertujuan untuk mengambil segmen pembeli tersebut. Hal itu juga telah diamini oleh Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.

Dia mengatakan bahwa untuk BYD Atto 1, keterjangkauannya tidak hanya berasal dari harga pembelian, tetapi juga dari biaya kepemilikan (total cost ownership) yang sangat kompetitif. 

"Oleh karena itu, saya percaya semakin banyak orang yang akan memilih BYD Atto 1 sebagai mobil pertama mereka," ujar Eagle di GIIAS 2025, dikutip Rabu (6/8/2025).

Konsumen Meradang

Beberapa merek diketahui telah menurunkan harga model mobil listriknya pada GIIAS 2025 - meskipun bukan dengan dalih harga murah BYD Atto 1. Salah satunya adalah Wuling Binguo EV.  

Harga baru Binguo EV yang mendapatkan sedikit penyegaran, turun ratusan juta dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Pada Desember 2023, Wuling resmi meluncurkan Binguo EV Premium Range dengan harga Rp409 juta hingga Rp415 juta.

Harga itu terus mengalami penurunan, hingga pada Juli 2025 tepatnya pada pameran GIIAS 2025, harga Wuling Binguo EV turun drastis hingga Rp235 juta

Hal itu pun membuat konsumen Binguo melayangkan petisi kepada Wuling Motors karena merasa dirugikan. Menilik laman resmi Change.org, totalnya sudah ada 662 orang yang menandatangani petisi per Selasa (5/8/2025). 

Narasi yang tertera di petisi itu menyatakan bahwa konsumen merasa dirugikan dengan keputusan Wuling yang disebut memangkas harga Binguo EV secara sepihak tanpa adanya kompensasi kepada konsumen lama yang membeli pada saat awal peluncuran.

"Kami dirugikan! Harga Wuling Binguo EV turun Rp180 juta dalam 7 bulan," demikian bunyi petisi tersebut, dikutip Selasa (5/8).

Mereka pun menuntut penjelasan resmi dari Wuling Motors, kompensasi goodwill kepada pembeli awal seperti Free Adaptor DC, free dongle, voucher PLN, Gold, voucher pembelian mobil Wuling dan sejenisnya, serta komitmen keadilan harga bagi konsumen di masa depan.

Klarifikasi Wuling

Brand Communications Senior Manager Wuling Motors, Brian Gomgom memberikan klarifikasi terkait petisi yang dilayangkan oleh konsumen Wuling Binguo EV tersebut.

Menurutnya, poin pertama merupakan harga launching. Saat peluncuran pertama di Desember 2023 dipasarkan Rp408 juta di Jakarta tanpa adanya insentif untuk Binguo EV 410 km. Kemudian ada insentif PPN yang diumumkan pada Januari 2024 sebesar Rp36 jutaan. 

"Perihal diskon besar di Juni 2025 kami bisa sampaikan bahwa biasanya dealer akan turut menyertakan insentif PPN sebesar Rp36 juta dengan tambahan diskon dari dealer sehingga terlihat besar angkanya," ujar Gomgom dalam keterangannya, dikutip Selasa (5/8).

Lebih lanjut dia mengatakan, Wuling juga memberikan program khusus Rp72 juta value benefit untuk konsumen Binguo EV dan itu bukan penurunan harga.

Adapun, value benefit ini merupakan keuntungan lebih seperti extensive free maintenance, free insurance, lifetime core EV component warranty, free charging DC GB/T hingga September 2025, free DC Adapter, dan benefit lainnya.

"Lalu untuk poin promo khusus di GIIAS, seperti yang sudah pernah kami sampaikan, kami tidak melakukan penyesuaian harga akan tetapi hal ini merupakan special deal tambahan dari dealer dan dilakukan sebagai strategi dari masing-masing dealer untuk mengatur stok," jelasnya.

Gomgom pun berharap informasi ini dapat menjadi lebih jelas kepada publik. Pihak Wuling Motors juga akan bertemu dengan perwakilan konsumen melalui komunitas resmi pada pekan depan.

Respons Gaikindo

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menanggapi fenomena 'perang harga' di industri otomotif Tanah Air, di tengah lesunya daya beli masyarakat.

Sejatinya, fenomena perang harga di industri otomotif sudah terjadi di berbagai negara di dunia. Indikasi perang harga itu terlihat melalui potongan harga besar-besaran atau diskon langsung, di tengah situasi oversupply atau produksi yang melebihi permintaan.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara pun mengakui bahwa kondisi industri otomotif Indonesia sedang tidak baik-baik saja, karena mengalami stagnasi yang sudah cukup lama, lebih dari 10 tahun terakhir.

Alhasil, dia tidak menginginkan pasar otomotif Indonesia juga menjadi medan perang harga. Sebab, industri ini melibatkan jutaan tenaga kerja dan UMKM dalam rantai pasok otomotif.

“Ini adalah industri yang sangat strategis dan penting sekali. Kita tidak ingin ini jadi medan perang harga. Harusnya bisa menjadi lahan untuk basis produksi industri kendaraan bermotor di kawasan Asean,” ujar Kukuh di GIIAS 2025, Kamis (31/7/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro