Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Toyota Berharap Pemerintahan Prabowo Tebar Subsidi, Pacu Daya Beli

Subsidi dari pemerintah diyakini bakal berdampak terhadap daya beli masyarakat di sektor otomotif
Logo Toyota di New York International Auto Show, di Manhattan, New York City, AS, 5 April 2023./REUTERS
Logo Toyota di New York International Auto Show, di Manhattan, New York City, AS, 5 April 2023./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mewanti-wanti pemerintahan baru yang dipimpin oleh presiden terpilih Prabowo Subianto untuk menghadapi risiko penurunan daya beli masyarakat.

Sebagaimana diketahui, presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan segera dilantik dalam waktu dekat, pada 20 Oktober 2024.

Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam berharap pemerintahan baru akan melanjutkan kebijakan yang sudah baik, serta memperbaiki hal-hal yang dirasa kurang dari pemerintahan saat ini.

"Harapannya, yang sudah baik dilanjutkan, yang kurang diperbaiki. Bangun kekuatan ekonomi dari kelas menengah dan industri terutama yang menyerap tenaga kerja," ujar Bob kepada Bisnis, dikutip Selasa (1/10/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintahan baru perlu memberikan insentif untuk mengembalikan daya beli masyarakat yang merosot. Selain itu, dia juga mewanti-wanti soal rencana kenaikan tarif pajak.

Sebagaimana diketahui, pemerintahan baru berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 atau tahun pertama presiden terpilih Prabowo Subianto menjabat.

Adapun, rencana kenaikan PPN menjadi 12% itu tercantum dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). UU tersebut memberikan mandat kepada pemerintah untuk menaikan PPN dari 11% menjadi 12% pada awal 2025.

Alhasil, sejumlah pihak, termasuk TMMIN khawatir kenaikan tarif PPN tersebut akan membebani daya beli masyarakat yang telah tergerus.

"Hati-hati dengan kenaikan tarif pajak, bisa kontra-produktif kalau teralu agresif. Justru perlu pertimbangkan relaksasi pajak untuk mendorong demand dan pemulihan ekonomi," pungkas Bob.

Adapun, melemahnya daya beli masyarakat tecermin dari merosotnya penjualan mobil sepanjang tahun berjalan. 

Gaikindo mencatat sepanjang Januari - Agustus 2024, total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 560.619 unit atau turun 17,1% YoY dari periode sama 2023 sebesar 675.859 unit.

Sementara itu penjualan ritel juga turun 12,1% YoY menjadi 584.857 unit pada 8 bulan pertama 2024, dibandingkan 665.262 pada periode yang sama 2023.

Ditinjau berdasarkan mereknya, penjualan mobil secara wholesales tertinggi masih diraih oleh Grup Astra, yakni Toyota dan Daihatsu masing-masing sebesar 25.989 unit dan 13.829 unit pada Agustus 2024. 

Selanjutnya, penjualan mobil terlaris pada Agustus 2024 dibukukan oleh Honda sebesar 7.556 unit, Mitsubishi 6.254 unit, dan Suzuki 5.265 unit.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler