Bisnis.com, JAKARTA- Kelesuan penjualan mobil hingga Mei tahun ini, dipicu berbagai faktor salah satunya pengetatan kucuran kredit kendaraan bermotor. Faktor ini membuat limbung para pemain otomotif.
Walau demikian, kreativitas para Agen Pemegang Merek (APM) seperti melungsurkan model anyar hingga menelurkan program khusus dengan menggandeng lembaga pembiayaan, kembali membuka harapan.
Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) sendiri belum mau melakukan revisi target penjualan domestik sebesar 1,1 juta unit.
Persoalannya, realisasi penjualan hingga Mei 2024 belum mencapai separuh dari yang target yang ditetapkan. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan secara wholesales sepanjang Januari - Mei 2024 menembus 334.969 unit, turun 21% dari 423.771 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan ritel juga lesu dengan angka 361.698 unit, turun 14,4% dari 422.514 secara year-on-year (YoY). Sementara itu, penjualan mobil secara wholesales pada Mei 2024 mencapai 71.263 unit, turun 13,3% dari 82.189 unit dibandingkan Mei 2023. Kemudian penjualan retail mencapai 72.137 unit, turun 12,6% dari 82.560 unit.
Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan pertumbuhan ekonomi yang masih belum pulih menjadi salah satu faktor lesunya pasar otomotif sepanjang Januari-Mei 2024. Padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2024 tercatat mencapai 5,11% secara YoY tertinggi sepanjang periode 2019-2024.
Baca Juga
Beberapa hal yang menyebabkan lesunya pasar domestik adalah agenda Pemilu 2024 pada Februari yang membuat masyarakat wait and see. Kemudian ada indikator ekonomi turunan lain, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, dan penguatan non performing loan/finance (NPF/NPL).
Marketing Director TAM, Anton Jimmi Suwandy mengakui lesunya pasar otomotif disebabkan berbagai faktor mulai dari domestik, hingga global. Selain pasar otomotif, industri keuangan juga terdampak daripada ketidakpastian ini.
Alhasi, Toyota terus menjaga koordinasi bersama rekanan lembaga keuangan untuk beradaptasi dengan kondisi terkini. Hal ini pun telah dilakukan sejak awal 2024.
“Kami lakukan dengan berbagai cara ya, seperti pengaturan lama tenor kredit, jumlah DP minimal, hingga paket-paket aftersales yang menjadi added value pada produk-produk Toyota,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024).
KREDIT KENDARAAN DOMINAN
Ketatnya pembiayaan kendaraan bermotor berimbas besar. Pasalnya, sekitar 70-80% konsumen mengandalkan skema kredit untuk pembelian mobil.
Seperti disinggung 4W Marketing Director Suzuki Indomobil Sales, Harold Donnel. Dia mengatakan perusahaan semakin meningkatkan koordinasi, dan kerja sama dengan rekanan lembaga pembiayaan seiring pasar otomotif yang semakin sulit.
Terlebih lagi proporsi daripada pembelian mobil Suzuki dengan skema kredit memiliki rata-rata 72%.
“Beberapa strategi yang kami buatkan adalah kustomisasi paket-paket yang ada supaya bisa menjadi win-win solution dari sudut pandang konsumen dan lembaga pembiayaan,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024).
Hal senada diungkapkan Marketing & Customer Relations Division Head Astra International Daihatsu Sales Operation Tri Mulyono. Dia mengatakan sebanyak 80% konsumen ritel daripada Daihatsu melakukan pembelian secara kredit.
Menyikapi hal tersebut, Daihatsu bersama rekan kerja lembaga keuangan lantas melakukan profiling target customer. Hal ini berarti salesperson atau wiraniaga Daihatsu menawarkan produk setelah melakukan penyaringan kapasitas finansial dari setiap calon konsumen.
“Profiling target customer yang memiliki potensi untuk dibiayai oleh leasing tetap dilakukan oleh wiraniaga Daihatsu sehingga memiliki tingkat approval yang tinggi oleh lembaga pembiayaannya,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/6/2024).