Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nol Emisi, Mobil Listrik Bukan Jalan Tunggal

Gaikindo menilai untuk mencapai nol emisi, pengembangan teknologi tidak hanya fokus kepada mobil listrik, melainkan keseluruhan sumber energi yang dimungkinkan.
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo meyakini bahwa mobil listrik bukanlah satu-satunya upaya untuk mencapai net zero emission pada 2060.


Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan dalam menuju net zero emission tidaklah mudah layaknya membalikan tangan. Melainkan masih ada sudut pandang yang bernama multi-pathway.


Mobil listrik memang sudah selayaknya untuk dikembangkan lantaran Indonesia berlimpah akan sumber daya nikel yang menjadi bahan baku untuk baterai mobil listrik. Namun, masih ada upaya lain seperti pengembangan etanol, dan biodiesel.


“Kita punya elektrik, bioetanol, dan biodiesel. Inilah yang perlu kita dorong banget kita namakan dengan multi-pathway. Bukan hanya satu saja yang kita tumbuh kembangkan.” tuturnya dalam Podcast Factory Hub Bisnis Indonesia.


Terlebih lagi bahan bakar bioetanol sudah tersedia di Indonesia melalui Pertamax Green dengan bauran etanol sebesar 5%.


Menurutnya baik bioetanol maupun biodiesel masih dikembangkan lebih jauh untuk menekan dari penggunaan fossil fuel.


“Kalau kemudian 5% [etanol] itu dinaikkan menjadi 10%, maka makin banyak lagi yang bisa kita hemat untuk mengurangi penggunaan fosil fuelnya,” katanya.


Sejauh ini baru Toyota yang mengaku siap memproduksi mobil yang mampu menenggak etanol hingga kadar 100%, asalkan pasokan bahan bakar bisa dipenuhi. Tidak hanya itu, Toyota membuka kemungkinan menghadirkan mobil hidrogen.


Sebelumnya, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan meski secara teknologi sudah mampu memproduksi mobil E-100, adanya keterbatasan dari bahan bakar bauran etanol atau bioetanol membuat belum dilakukan produksi massal.


Selain itu, ongkos pengiriman logistik untuk bahan bakar menjadi suatu persoalan tersendiri karena terbilang mahal. Apabila suatu daerah dapat memproduksi bioetanol, maka dapat memangkas biaya logistik.


“Kembali lagi penyediaan bahan bakarnya. Kalau di Brasil kan stasiun sudah berdampingan sehingga mau isi bensin atau etanol mudah,” katanya di xEV Center, Karawang, Jawa Barat pada Senin (22/1/2024).


Teknologi lainnya yang bisa dikembangkan adalah mobil dengan bahan bakar. Namun, teknologi ini juga membutuhkan regulasi berupa standardisasi yang diberlakukan oleh pemerintah.


“Misalnya pengisian hidrogen, itu kan menggunakan tekanan tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper