Bisnis.com, JAKARTA – Pasar kendaraan listrik Tanah Air mengalami pertumbuhan permintaan meskipun lebih lambat di pasar global. Namun demikian, pasar kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan akan melampaui US$20 miliar pada 2030.
Berita tentang tantangan penjualan Mobil listrik menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Selasa (17/10/2023):
1. Mengintip Tantangan Mengadang Akselerasi Penjualan Mobil Listrik
Adapun pemerintah RI tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) sebagai upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 mendatang.
Pertumbuhan pasar kendaraan listrik ini seiring kesadaran konsumen terhadap kendaraan ramah lingkungan dan insentif dari pemerintah. Sejumlah produsen otomotif nasional pun berlomba memperkenalkan produk elektrifikasi andalannya baik yang dengan teknologi hibrida maupun battery electric vehicle (BEV). Market share kendaraan listrik di Indonesia sebesar 5% dari total pasar otomotif nasional.
Automotive Leader Price Waterhouse Cooper Indonesia (PWC Indonesia) Hendra Lie mengatakan masih banyak masyarakat yang masih ragu membeli mobil listrik karena ketidakpastian biaya kepemilikan. Hal ini membuat adopsi EV di Indonesia cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pasar global.
Dalam survei yang dilakukan pada Juni hingga September 2023 ini, perlambatan pasar mobil listrik di Indonesia karena adanya keraguan konsumen terutama terkait ketersediaan infrastruktur. Responden merasa khawatir terhadap ketersediaan stasiun pengisian untuk kendaraan listrik baik untuk mobil sebesar 63% maupun sepeda motor 52%.
Kekhawatiran responden lainnya yakni ketersediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik di daerah terpencil, di mana untuk mobil mencapai 54% responden sedangkan sepeda motor 47%. Hal ini menunjukkan perlunya infrastruktur pengisian daya yang merata untuk memenuhi kekhawatiran konsumen.
Meskipun daya tarik EV semakin besar, namun kekhawatiran konsumen dapat memengaruhi tingkat adopsi EV secara signifikan. Hal itu karena sebanyak 87% responden khawatir terhadap biaya penggantian baterai. Terlebih komponen terkait merupakan bagian utama pada kendaraan listrik yang mencakup hingga 40% dari total harga mobil.
Kemudian 83% konsumen juga melihat industri kendaraan listrik masih memiliki potensi masalah pada hal purna jual yang nantinya berdampak pada ketersediaan suku cadang ketika terdapat suatu insiden tertentu selama pemakaian.
Selanjutnya, konsumen juga menyoroti mengenai pengeluaran tidak terduga, serta 59% mengkhawatikan besarnya biaya perawatan rutin. Kendati demikian, 78% masyarakat yang disurvei sudah bersedia untuk membeli mobil listrik ketika sudah bisa dijangkau.
2. Memangkas Risiko Penghiliran ke Pertumbuhan Ekonomi
Kebijakan penghiliran untuk menciptakan nilai tambah bagi ekonomi nasional melahirkan risiko baru, yakni terbatasnya investasi dan rapuhnya struktur PDB karena ekspor yang dipengaruhi oleh harga komoditas.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam Trade Development Report 2023 mencatat, aksi Indonesia yang menggeser pola pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya permintaan swasta ke sektor yang lebih berorientasi ekspor, memang mampu memacu PDB cukup solid.
Hal ini difasilitasi oleh lonjakan komoditas baru-baru ini, termasuk nikel. Pertumbuhan yang kuat tahun ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2024.
"Pemerintah telah mengurangi pinjaman bersihnya sejak 2020 dan klaim bersihnya atas pendapatan kini menyerap permintaan agregat dibandingkan memberikan kontribusi terhadapnya. Investasi dan penciptaan lapangan kerja juga melambat, suatu tanda yang mengkhawatirkan bagi perekonomian yang sedang mulai mengalami pertumbuhan didorong oleh komoditas," ungkap laporan tersebut, dikutip Senin (16/10/2023).
Apalagi, strategi penghiliran dan penghentian ekspor komoditas nasional ditentang banyak pihak sehingga pemerintah pun perlu mencari pasar alternatif.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai dalam konteks kondisi permodalan Global yang relatif ketat dan juga geopolitik yang relatif belum tentu, Indonesia perlu mendorong atau memastikan iklim investasi setidaknya sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan oleh investor.
Selain itu, dalam perekonomian global yang semakin kental sifat fragmentasinya, mau tidak mau kesepakatan perdagangan baik yang sifatnya bilateral ataupun kulit bilateral itu perlu didalami lebih lanjut oleh pemerintah.
3. Mengurai Sebab Tenaga Kendur Neraca Dagang RI
Kinerja perdagangan Indonesia seolah kian kekurangan tenaga seiring dengan penurunan performa sepanjang sembilan bulan terakhir. Fenomena El- Nino turut memperburuk kondisi ini.
Di tengah upaya meningkatkan gairan perdagangan selepas pandemi Covid-19, dunia harus dihadapkan dengan berbagai isu. Beberapa di antaranya krisis pangan, konflik geopolitik di sejumlah kawasan termasuk menurunnya daya beli.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor September sebesar US$20,75 miliar, turun 5,63% dibandingkan dengan Agustus 2023. Sedangkan impor senilai US$17,34 miliar pada September, melemah 8,15% dibandingkan bulan sebelumnya senilai US$18,87 miliar.
Di samping itu, neraca perdagangan September mengalami surplus US$3,42 miliar naik tipis yakni 0,3% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pun demikian, kinerja perdagangan RI merosot cukup dalam selama tiga kuartal terakhir.
Secara kumulatif , surplus perdagangan Indonesia sepanjang Januari - September 2023 menyentuh US$27,75 miliar. Nilai akumulasi ini lebih rendah US$12,01 miliar bila dibandingkan dengan realisasi surplus periode Januari - September 2022 yang menyentuh US$39,85 miliar.
Jumlah tersebut diperoleh dari ekspor sejumlah US$219,33 miliar dan impor US$179,48 miliar. Catatan tahun lalu lebih baik dari periode sama tahun ini dengan nilai US$192,27 miliar untuk ekspor dan US$164,51 miliar pada kinerja impor.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengakui kinerja perdagangan saat ini disebabkan oleh beberapa persoalan di dalam dan luar negeri.
Salah satunya dipicu oleh pelemahan permintaan seiring perlambatan konsumsi dan daya beli yang cukup signifikan. Inflasi pangan dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi dianggap turut mempengaruhi kinerja konsumsi kelas menengah.
4. Tancap Gas Relokasi Warga Rempang Demi Target Lahan Bebas 2024
Proses relokasi warga yang terdampak pengembangan Rempang Eco City terus dilakukan. Adapun terdapat lima kampung tua yang akan terdampak pembangunan proyek strategis nasional (PSN) Rempong Eco City adalah Pasir Panjang, Belongkeng, Pasir Merah, Sembulang Tanjung, dan Sembulang Hulu.
Awal mula konflik ini terjadi bentrokan dikabarkan terjadi antara tim gabungan TNI-Polri dan warga Pulau Rempang di Jembatan IV Barelang, Batam, Kamis (7/9/2023) terkait dengan pembebasan lahan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.
BP Batam selaku pemilik hak pengelolaan lahan (HPL) di Pulau Rempang, tengah berupaya melakukan pembebasan atau pengembalian lahan dengan memasang patok lahan. Namun, tindakan tersebut mendapat penolakan keras dari warga.
Nantinya, Pulau Rempang akan dikembangkan kawasan industri, jasa, dan pariwisata yang bernama Rempang Eco City. PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tomy Winata, mendapatkan HPL Pulau Rempang. Dengan adanya Rempang Eco City, ditargetkan bisa menarik investasi hingga Rp381 triliun dan akan menyerap 306.000 pada 2080.
Pengembangan wilayah Rempang akan dilakukan dalam beberapa di mana tahap I nilai investasi mencapai Rp29 triliun yang diharapkan mampu menyerap 186.000 pekerja. Di tahap 1, pengembangan dilakukan untuk industri manufaktur dan logistik, pariwisata MICE, dan kegiatan perumahan yang didukung oleh perdagangan dan jasa.
Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Muhammad Rudi mengatakan jumlah warga yang mendaftar untuk menempati hunian sementara terus bertambah sebanyak 348 warga. Sementara itu, jumlah warga yang telah berkonsultasi kepada tim satgas terkait hak yang akan diterima terdapat sebanyak 531 warga. Adapun sebanyak 40 Kepala Keluara (KK) asal Desa Pasir Merah, Kelurahan Sembulang Pulau Rempang telah pindah atau relokasi ke hunian sementara di Batam.
5. Expand North Star, Memacu Lagi Pendanaan Startup Asia Tenggara
Expand North Star 2023, 15-18 Oktober, di Dubai Harbour menjadi ajang pertemuan start-up dan investor terbesar sepanjang tahun ini. Sejauh mana keberadaan Indonesia dan Asia Tenggara?
Expand North Star merupakan salah satu dari 10 bagian ekosistem Gulf Information Technology Exhibition (Gitex) Global 2023, yang diselenggarakan oleh Kamar Ekonomi Digital Dubai, Uni Emirat Arab.
Berdasarkan laporan Kamar Ekonomi Digital Dubai, Expand North Star diikuti lebih dari 1.800 startup global peserta pameran, lebih dari 900 investor dari 70 negara, dan lebih dari 250 pembicara, termasuk lebih dari 70 pendiri unicorn.
Berkaca pada acara serupa tahun lalu, Expand North Star diyakini akan membawa kesuksesan lebih besar, termasuk mencapai rekor ukuran 2023 dan semakin mendorong Dubai menjadi yang terdepan dalam ekonomi kewirausahaan global.
Pada tahun lalu, North Star Dubai telah berhasil menfasilitasi 2.400 pertemuan pendanaan pre-matched antara startup dan VC, dan 1.200 pertemuan pembeli (buyer meetings) antara perusahaan rintisan dan perusahaan swasta dan pemerintah.
Selain itu, lebih dari 100 startup North Star berhasil mengumpulkan dana dari investor yang mereka temui di acara tersebut, sebanyak 20 startup memenangkan hadiah uang tunai US$2 juta dalam kompetisi pitch.
Saeed Al Gergawi, Wakil Presiden Kamar Ekonomi Digital Dubai (DCDE), mengatakan Expand North Star mencerminkan komitmen kuat Dubai untuk membuka peluang bagi start-up yang ambisius untuk berkembang di emirat ini.