Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Order Mobil Listrik di GIIAS 2023, Lepas Landas EV?

Banjir order mobil listrik selama GIIAS 2023 harus dilanjutkan dengan penambahan realisasi investasi dan penyiapan infrastruktur.
Tampilan Wuling Air ev Lite pada GIIAS 2023/Bisnis- Nuhansa Mikrefin YP
Tampilan Wuling Air ev Lite pada GIIAS 2023/Bisnis- Nuhansa Mikrefin YP

Bisnis.com, JAKARTA- Perhelatan Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2023 merupakan momentum bagi penguatan ekosistem mobil listrik (Electric Vehicle/EV). Namun, sejauh ini aliran investasi pengembangan EV masih terbilang minim, serta kendala utama infrastruktur yang belum terselesaikan.

Selain menghadirkan berbagai merek anyar asal China, catatan penjualan EV selama pameran GIIAS 2023 pun cukup mengesankan.Seiring ekspansi pabrikan China, sedikitnya hadir lima merek EV anyar meliputi Ora, Haval, Tank, Neta, dan Maxus.

Kehadiran merek-merek itu semakin menambah daftar panjang pabrikan asal China yang sebelumnya hanya diisi Wuling, DFSK, Chery, Morris Garage, dan Seres. Kehadiran merek China inipun merangsang kemunculan model beragam, terutama pada segmen EV.

Sebelumnya, Wuling merupakan pemain tunggal mobil listrik murah, dengan banderol harga kurang dari Rp300 juta untuk Air ev. Kehadiran merek China pada gelaran GIIAS 2023, seakan mendobrak dominasi tersebut. Tercatat, dari lima merek anyar, terdapat dua penantang terdekat Wuling Air ev, yakni Seres dan Neta.

Pada GIIAS 2023, Seres E1 meluncur secara resmi dengan harga pasar Rp189 juta untuk E1 B dan Rp219 juta untuk Type L. Sedangkan PT Neta Auto Indonesia atau NAI yang merakit produk secara lokal, mengobral Neta V dengan harga khusus Rp379 juta.

Kehadiran berbagai model EV berbanderol murah itupun melecut antusiasme konsumen. Semakin banyak pilihan teknologi dan model mobil listrik, kian tinggi pula tingkat penjualan.

Bahkan, beberapa Agen Pemegang Merek atau APM mengaku membukukan Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) Battery Electric Vehicle/BEV hingga tembus 600 unit. Volume ini cukup tinggi, mengingat penjualan dilakukan hanya dalam rentang 10 hari pameran.

DFSK  mencatatkan 688 unit SPK untuk model Seres E1 yang terdiri atas Seres E1 L Type sebanyak 550 unit dan Seres E1 B Type sebanyak 138 unit. Sedangkan, Wuling Motors mencatatkan total 1.771 SPK dengan 50 persen atau sekitar 885 unit merupakan model Wulig Air ev.

Sebagaimana diungkapkan Brand and Marketing Director Wuling Motors Dian Asmahani, varian Air EV Lite yang baru saja meluncur pada GIIAS 2023 sudah mengantongi 143 unit SPK.

Pada pameran yang sama, PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) mencatatkan total 776 unit SPK dari Ioniq 5 selaku lini kendaraan listrik unggulannya. Tidak hanya itu, Hyundai juga mengemas 200 SPK untuk Ioniq 6.

Para pelaku industri mengamini bahwa gelaran GIIAS 2023, merupakan angin segar bagi pengembangan EV. “Sambutan terhadap Ioniq 6 pada GIIAS 2023 sangat positif. Hal ini terlihat dari antusiasme pengunjung yang hadir saat launching dan melakukan pemesanan,” ujar Chief Operating Officer of PT HMID Fransiscus Soerjopranoto kepada Bisnis.

EKOSISTEM EV

Di sisi lain, momentum GIIAS 2023 selayaknya bisa mendorong upaya penguatan ekosistem EV yang berkesinambungan. Maklum hingga saat ini, penjualan EV baru sekitar 1 persen dari total pasar domestik.

Dari sisi industri, maraknya penjualan EV dan ramainya merek anyar juga harus dibarengi peningkatan investasi. Hanya saja, sejauh ini dengan tawaran berbagai insentif, arus investasi masih terbilang minim.

Berdasarkan data yang dipaparkan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Tuafik Bawazier dalam diskusi di Kemenperin, tercatat realisasi investasi Electric Vehicle (EV) baru mencapai Rp3,28 triliun.

Realisasi investasi itu berasal dari industry EV roda dua, roda empat, roda tiga, hingga bus listrik. Dari total investasi, untuk mobil listrik dana yang digelontorkan oleh tiga perusahaan baru sekitar Rp2,1 triliun. Sisanya, merupakan investasi dari lima perusahaan bus listrik sebanyak Rp360 miliar.

Sedangkan dari 48 perusahaan pabrikan motor listrik, terdapat realisasi investasi sebanyak Rp818 miliar. Di sisi lain, hampir rata-rata produk sepeda motor listrik yang dirakit secara lokal, mayoritas telah menggenapi TKDN minimal 40 persen pada tahun ini.

Di sisi lain, total investasi itu tampak jomplang dibandingkan gelontoran dana pengembangan EV yang dijaring Thailand. Untuk satu pabrikan EV saja, Thailand bisa mengantongi investasi hingga Rp9 triliun.

Dikutip dari Reuters, Thailand telah menerima invesetasi dari beberapa pabrikan EV asal China secara total mencapai Rp21,9 triliun. Investasi itu antara lain diinisiasi Great Wall Motors (GWM) yang menggelontorkan dana hingga Rp9,8 triliun.

Selanjutnya ada BYD yang sudah membangun fasilitas produksi dengan target operasi awal tahun depan. BYD mengucurkan dana sekitar 17,9 miliar baht, setara Rp7,8 triliun. Sisanya masih terdapat SAIC Motor hingga Hozon.

Tidak sekadar investasi, ekosistem EV pun butuh diperkuat. Selain persiapan mengurus siklus hidup produk EV seperti daur ulang baterai, hal krusial adalah pekerjaan memperbanyak fasilitas pengisian baterai.

Berdasarkan data Kementerian ESDM yang dikutip melalui laporan AC Ventures dan REML Environmental Services (Pty) Ltd, jumlah charging station atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang ada di Tanah Air mencapai 439 unit yang tersebar di 328 lokasi per kuartal IV/2022.

Kementerian ESDM menargetkan jumlah charging stations dapat mencapai 2.500 unit pada 2025, dan naik sampai 7.000 unit pada 2030. Sementara untuk tempat penukaran baterai atau Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) terdapat 961 unit per kuartal IV/2022. Jumlah ini pun masih jauh dari target 4.000 unit pada 2020, dan naik menjadi 14.000 pada 2050 sebelum akhirnya mencapai 52.000 unit pada 2030.

“Skala potensial untuk stasiun pertukaran baterai terhalang oleh berbagai jenis dan persyaratan baterai, yang menunjukkan perlunya infrastruktur terpadu yang dapat mengakomodasi berbagai merek,” demikian tertulis dalam laporan tersebut.

Sebaliknya, pesaing terdekat Indonesia yakni Thailand jauh lebih siap dalam hal infrastruktur kendaraan listrik. Berdasarkan data Electric Vehicle Association Thailand (EVAT) per 22 Mei 2023, 'Negeri Gajah Putih' telah mempunyai 4.628 stasiun pengisian daya, tersebar di 1.482 lokasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper