Bisnis.com, JAKARTA - Kendaraan listrik (electric vehicle/EV) saat ini tengah menjadi primadona otomotif di Indonesia. Minat masyarakat terhadap mobil listrik cukup tinggi karena dinilai lebih hemat dan ramah lingkungan.
Meski ada cukup banyak peminat mobil listrik di Indonesia. Namun, berdasarkan dataindonesia.id, Kamis (23/2/2023), ada sejumlah hambatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengadopsi kendaraan listrik.
Mengutip laporan Institute for Essential Services Reform (IESR), 71,2 persen responden menganggap kesulitan terbesar karena sulitnya mencari stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Sebanyak 62 persen responden merasa adopsi kendaraan listrik di Indonesia cukup sulit karena harganya yang mahal. Terbatasnya jangkauan turut berkontribusi sebagai penghambat adopsi EV menurut 52 persen responden.
Ada pula 46,6 persen responden yang sulit mengadopsi kendaraan listrik akibat masalah penggantian baterai dan operasional lainnya.
Kemudian, sebanyak 32,4 persen responden menilai Indonesia sulit mengadopsi kendaraan listrik karena lamanya durasi pengisian daya.
Lalu, 28,6 persen responden menganggap Indonesia sulit mengadopsi kendaraan listrik karena performa, ketahanan, dan keamanannya.
Sebanyak 10,2 persen responden menilai adopsi kendaraan listrik di Indonesia sulit karena sedikitnya model dan tipe. Sementara itu, 1,2 persen responden menyebutkan hambatan lainnya.
Adapun, harga mobil listrik di Indonesia beragam. Di Indonesia, mobil listrik dijual dengan rentang harga Rp243 juta hingga Rp1 miliar.
Air EV Standard Range menjadi mobil listrik paling murah yang dijual di Indonesia per 27 Januari 2023. Salah satu mobil lansiran Wuling tersebut dibanderol dengan harga on the road (OTR) sebesar Rp243 juta.
Mobil merek Wuling lainnya, Air EV Long Range menempati posisi kedua dengan harga jual paling rendahnya sebesar Rp299,5 juta. Sementara, Nissan KICKS E-POWER dibandrol dengan harga Rp519 juta dan untuk Mini Electric yang dibanderol seharga Rp1,05 miliar.